Kisah Suwela, Penghobi Gowes Jarak Jauh dari Kota Madiun (1)



Pakai Sepeda Lipat Kunjungi Nol Kilometer IKN dan Sejumlah Kota Besar di Kalimantan


MADIUN – Usia memang boleh tua, namun kemampuan dan kemauan Suwela akan bersepeda jangan ditanya. Kakek dua cucu berusia 68 tahun itu sudah menjelajahi sejumlah wilayah nusantara dengan sepedahnya. Juni lalu, dia baru saja mengunjungi titik nol kilometer calon Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Menariknya, perjalanan itu dilakukannya seorang diri dari Kota Pendekar Madiun. Seperti apa kisahnya?


Sederet sepeda berjajar rapi di halaman depan rumah Suwela. Setidaknya, ada sepuluh sepeda dengan berbagai jenis. Dari sepeda lawas, sepeda lipat, MTB, sampai sepeda tandem. Maklum, Suwela memang penghobi gowes. Semua sepedanya itu sudah digunakan dalam berbagai kegiatan gowes. Namun, ada satu yang cukup sering menemani hari-harinya bersepeda. Yakni, yang jenis sepeda lipat. Bahkan, sepeda itu menemaninya sampai ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara Kalimantan Timur, Juni lalu. 


‘’Awalnya mengajak teman, tetapi ada yang mundur, ada yang berubah pikiran. Akhirnya saya berangkat sendiri,’’ kata warga Jalan Margatama Nomor 15 Kelurahan Kanigoro itu. 


Ya, biarpun sudah 68 tahun lebih, kemampuan bersepeda Suwela tidak perlu diragukan. Dia mampu bersepeda jarak jauh hingga berpuluh kilometer. Perjalanan menuju IKN itu dimulainya dari Madiun menuju ke Surabaya dengan gowes. Setelahnya dia naik kapal untuk menuju Balikpapan. Setelahnya, dilanjutkan lagi dengan bersepeda. Kebetulan kapal yang ditumpanginya sampai ditujuan pukul 05.00. Waktu yang pas untuk menjelajah mengendarai sepeda. 


‘’Jujur saya tidak tahu arah menuju IKN. Saya mencari tahu dengan bertanya pada saat masih di kapal maupun sudah turun di pelabuhan,’’ jelasnya. 


Suwela hanya mengandalkan petunjuk dari seseorang yang ditanyainya itu. Dia memang tidak begitu mahir memanfaatkan fitur dalam handphone-nya. Maklum, usia sudah cukup sepuh. Sudah memiliki dua cucu. Namun, semangatnya tetap membara. Dari pelabuhan dia mulai menelusuri bumi Kalimantan dengan sepeda lipatnya. Baginya, itu menjadi ajang nostalgia. Jauh sebelumnya, Suwela pernah bekerja di Kalimantan. Tapi itu sudah lama. Menurutnya, kondisinya sudah jauh berubah biarpun masih banyak ditemukan kawasan hutan. Termasuk kawasan calon lokasi IKN tersebut. 


‘’Kondisi jalannya sudah seperti di sini. Biarpun sesekali ada naik-turunnya. Kalau sudah masuk di IKN itu malah ada pelebaran jalan,’’ ungkapnya. 


Tentu saja, titik nol di IKN tersebut yang menjadi tujuan pertamanya. Biarpun tempat proyek pembangunan, tetapi dibuka untuk umum pada akhir pekan. Sayang dia datang di hari kerja. Dia sempat dilarang petugas keamanan untuk menuju ke lokasi nol kilometer tersebut. Dengan sedikit penjelasan, akhirnya diperbolehkan. Titik nol tersebut berada di dataran lebih rendah dari pintu masuk dan tempat parkir. Harus menuruni beberapa anak tangga terlebih dahulu.


‘’Saya jelaskan kalau saya dari jauh, dari Kota Madiun. Juga saya tunjukkan koleksi foto-foto saya saat gowes di berbagai tempat. Akhirnya diperbolehkan,’’ kenangnya sembari menyebut perjalanan dari pelabuhan sampai ke IKN tersebut berkisar 50 kilometer. 


Tujuan tercapai bukan lantas membuatnya puas. Suwela kembali lagi ke pelabuhan. Bukan untuk pulang. Namun, menemui temannya untuk meminta petunjuk menuju kota lainnya di Kalimantan. Tentu untuk dilakukan dihari berikutnya. Suwela menyebut perjalanan bolak-balik pelabuhan-IKN sudah cukup menguras tenaga dan waktu. 


‘’Sampai lagi di pelabuhan sudah menjelang malam. Saya putuskan menginap dan besoknya baru lanjut ke Kota Samarinda,’’ terangnya.


Hari berikutnya


Suwela memutuskan untuk naik bus menuju Samarinda. Dia sengaja mengendari sepeda lipat agar mudah dibawa dalam transportasi umum. Setelah sampai, barulah berkeliling kota dengan bersepeda. Tak hanya di Samarinda, Suwela melanjutkan gowes wisatanya ke Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara, kemudian ke Banjarmasin, dan Martapura di Kabupaten Banjar. Petualangannya di Pulau Kalimantan itu dijalani dalam waktu lima hari. Suwela mengaku menghabiskan uang saku sekitar Rp 5 juta. 


‘’Setelah sampai di pelabuhan Surabaya, saya melanjutkan perjalanan ke Kota Madiun dengan kembali naik sepeda,’’ pungkasnya. (ws hendro/agi/madiuntoday)