Lebih Dekat dengan Aris Pranoto, Perupa Serba Bisa dari Kota Madiun



Hidupkan Kembali Sanggar Lor Gedong Untuk Wadahi Pegiat Seni

MADIUN – Perupa di Kota Madiun mungkin bisa dihitung jari. Salah seorang di antaranya adalah Aris Pranoto. Bersama temannya, Warga Jalan Kuweni Gang 2 Nomor 13 Kelurahan Taman tersebut masih aktif menghasilkan berbagai karya seni rupa hingga kini. Bahkan, Aris juga menghidupkan kembali sanggar lamanya. Yakni, Sanggar Lor Gedong. Seperti apa?

Usia Aris Pranoto sudah tidak muda lagi. Namun, tangannya masih cukup cekatan menggunakan alat pahat. Ya, dia seorang perupa. Saat ditemuai di rumahnya, Aris tengah membuat topeng untuk hiasan. Dia tidak sendiri. Ada temannya yang juga tengah sibuk dengan alat pahat. Bersama temannya itu dia sudah menghasilkan berbagai karya seni rupa.

‘’Jadi sebenarnya bukan fokus pada satu jenis karya ya. Ada berbagai karya seni rupa yang pernah pernah saya kerjakan,’’ kata pria 65 tahun itu.

Ya, Aris memang serba bisa. Dia tidak hanya mahir membuat topeng. Baik topeng tari maupun topeng hiasan. Dia juga pernah mendapat pesanan untuk membuat patung, relief dinding, lukisan, hingga mural. Berbagai karya seni itu sudah digelutinya sejak 1985 lalu. Menariknya, dia belajar secara otodidak. Kendati begitu, bersama temannya tersebut pernah mendapat pesanan hingga Singapura.

‘’Memang ada darah seni dari orang tua. Tetapi lebih ke seni musik. Saya kemudian juga tertarik dengan seni rupa. Pernah belajar memahat dari orang Jepara yang tinggal di daerah Magetan,’’ ujarnya.

Aris memang keturunan seniman. Bahkan, keluarganya memiliki sanggar yang cukup terkenal di Kota Madiun. Yakni, sanggar Lor Gedong. Sanggar tersebut sudah ada sejak era kakeknya. Namun, lebih terkait kesenian musik gembrung. Sanggar Lor Gedong dengan grup musik gembrungnya tersebut kerap tampil dalam kegiatan di Masjid Kuno Taman.

‘’Dulu di Masjid Taman dan Kuncen ada semacam sekatenan tetapi skala lokal. Hiburannya musik gembrung,’’ ungkapnya.

Nama Lor Gedong juga berkaitan dengan makam dan masjid Taman. Kawasan makam dan masjid tersebut disebut gedong. Kebetulan, rumah orang tua Aris berada di sebelah utara masjid. Kemudian tercetus sanggar Lor Gedong atau sanggar utara masjid dan makam Taman. Keberadaan sanggar tersebut kemudian dilanjutkan Kusnan, ayahnya Aris.

‘’Kemudian saya lanjutkan. Tetapi era saya sudah tidak lagi ke musik gembrung. Tetapi sudah banyak macam kesenian,’’ jelasnya.

Ya, Sanggar Lor Gedong era Aris bisa dibilang sudah lebih modern. Maklum, dihuni oleh para pemuda. Mereka memainkan berbagai jenis kesenian. Mulai musik keroncong, band, hingga kesenian ketoprak, dan kesenian tari. Aris menyebut pernah tampil di Alun-alun Kota Madiun hingga melibatkan 200 orang lebih. Mereka juga pernah diminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Madiun untuk tampil di TVRI Surabaya.

‘’Dulu ada banyak anak-anak muda yang sudah punya bakat. Jadi tinggal dipoles sedikit sudah langsung jadi,’’ terangnya sembari menyebut pernah tampil bareng dengan pelawak Polo bersama sanggar Borobudur.

Sayang, lantaran kesibukan masing-masing sanggar Lor Gedong akhirnya vakum sekitar era 1991. Aris lebih banyak mendapat job sebagai perupa. Mulai membuat patung hingga relief. Tak hanya di dalam kota, tetapi juga sampai di berbagai daerah. Termasuk membuat patung naga Baru Kelinting di telaga Ngebel Ponorogo.

‘’Ini sudah kami hidupkan lagi. Kami daftarkan kembali ke Dinas Kebudayaan (Disbudparpora). Tetapi baru bidang seni rupanya. Jadi sementara yang tercatat Sanggar Lor Gedong dengan bidang seni rupa,’’ tuturnya sembari menyebut pendaftaran pada Juli 2023 kemarin.

Aris mengaku bersemangat menghidupkan sanggarnya kembali untuk memberikan wadah bagi penggiat seni khususnya di Kota Madiun. Sebab, diakuinya ada banyak potensi besar di Kota Madiun. Kendati baru kembali terbentuk, dia mengaku sudah ada rencana untuk membuat event di Kota Madiun tentu dengan menggandeng kelompok seni yang lain. (ney/agi/madiuntoday)