Dari Hobi Jadi Cuan, Artwork Donny 'Safari BarBar' Triyanto Digandrungi Hingga Pasar Mancanegara




MADIUN - Awalnya, menjadi seorang ilustrator bukanlah profesi utama yang ditempuh oleh Donny Triyanto. Hobi menggambar sejak kecil itu dia curahkan untuk membantu para sahabat yang membutuhkan desain cover album musik. Rupanya, niat baik itu membawanya meraih pundi-pundi rupiah dari profesi seorang ilustrator.

"Dulu saya memang hobi musik. Lalu, sejak 2002 mulai menggambar untuk cover album. Saat itu masih gratisan. Baru sekitar 2008 saya serius untuk cari penghasilan dari artwork," ujarnya saat ditemui di Working Space EJSC Bakorwil Madiun, Kamis (27/6).

Selera musik sang ilustrator dengan nama panggung Safari BarBar itupun sangat spesifik. Yakni, genre Underground seperti Hardcore, Punk, dan Metal. Selera musik itu pula yang memengaruhi model artwork yang didesain oleh bapak 1 anak ini.

Tak hanya di Indonesia, karya buatan Donny juga telah mewarnai perjalanan karir sejumlah band Underground mancanegara. Mulai dari Australia, Italia, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat.

Selain cover album, Donny juga pernah melayani pembuatan artwork merchandise artis seperti Gildcoustic, desain logo coffee shop, kampanye penanggulangan sampah rokok dunia PT HM Sampoerna Tbk, hingga kampanye pariwisata Ponorogo, Ngawi, Malang, Banten, Kalimantan, dan Palembang.

Menariknya, seluruh artwork dia kerjakan secara manual. Dengan bermodalkan kertas gambar A3, pulpen, dan pensil warna. Namun, hasil karyanya mengagumkan karena sangat detail dan penuh warna.

"Pernah coba mendesain pakai komputer, tapi rasanya lebih puas jika menggambar manual," imbuhnya.

Karena itu, suami dari Nensi Rukmana ini cukup idealis dalam berkarya. Salah satunya, tidak menerima revisi gambar. Dalam sebulan, Donny menargetkan hanya mengerjakan 10 artwork. Jika ada permintaan melebihi target, maka akan dimasukkan waiting list bulan berikutnya.

"Yang penting konsep desainnya dari customer jelas. Biasanya butuh waktu 3 hari untuk setiap karya. 2 hari untuk desain dan sehari untuk pewarnaan," jelasnya.

Dalam sejumlah karya, pria 46 tahun ini juga seringkali memasukkan ciri khas Kota Madiun secara halus. Seperti pecel, topeng pentul tembem, dan dongkrek. "Tujuannya juga untuk mengenalkan Kota Madiun lewat artwork," kata warga Josenan itu.

Untuk harga, Donny tidak mematok harga khusus. Terutama, bagi teman-teman yang membutuhkan bantuannya.

"Buat saya, karya yang paling berkesan itu saat membuat cover album. Karena saat kita menerima album mereka yang ada gambar kita, itu menjadi kepuasan tersendiri dan bisa menjadi kenang-kenangan," tandasnya. (Rams/irs/madiuntoday)