Menelusuri Jejak Sejarah, Siswa SMPN 5 Madiun Jelajahi Cagar Budaya Kota Pendekar



MADIUN - Belajar tak selalu harus di dalam kelas. Kadang, pelajaran paling berharga justru ditemukan di jalan, di antara tembok tua, patung naga, atau di ruang ibadah yang hening. Seperti yang dilakukan siswa-siswi SMP Negeri 5 Kota Madiun lewat kegiatan Outdoor Learning (ODL) bertema Lentera Madiun, Lapangan Edukasi Nilai Toleransi dan Ragam Budaya.


Selama dua hari Rabu (29/10) hingga Kamis (30/10). Para pelajar diajak menjelajahi kekayaan sejarah dan keberagaman Kota Pendekar. Hari pertama mereka menyambangi Klenteng Hwie Ing Kiong, bangunan berarsitektur oriental yang sarat simbol makna. Keesokan harinya, rombongan melanjutkan perjalanan ke Gereja Santo Cornelius dan Kantor Bakorwil Madiun.


“Melalui kegiatan ini, kami ingin anak-anak mengenal lebih dekat cagar budaya di kotanya sendiri, sekaligus menanamkan nilai toleransi antarumat beragama,” tutur Hirlinda Intan Purnamasari, guru IPS SMPN 5 Madiun yang mendampingi kegiatan.


ODL kali ini merupakan kolaborasi antara mata pelajaran IPS dan Pendidikan Pancasila. Pembelajaran sejarah dan budaya dikemas dalam bentuk pengalaman langsung. Setiap siswa dibekali lembar kerja peserta didik (LKPD) berisi tugas pengamatan, seperti menuliskan sejarah bangunan, tahun berdiri, hingga fungsi tiap ruang yang dikunjungi.


Dengan cara itu, belajar sejarah tak lagi terasa membosankan. Anak-anak bisa melihat langsung bagaimana harmoni antarumat beragama tumbuh di tengah masyarakat Madiun. Mahasiswa PPL dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Madiun (UKWMS) juga ikut terlibat membantu proses pembelajaran di lapangan.


Menariknya, kegiatan ini turut diikuti siswa dari SMP Tara Salvia, Kota Tangerang. Mereka datang jauh-jauh ke Kota Madiun untuk merasakan langsung pengalaman belajar lintas budaya.


“Kami ingin mengenalkan ke teman-teman dari luar daerah bahwa Madiun punya banyak cagar budaya menarik yang bisa jadi sumber pembelajaran,” tambahnya.


Dari perjalanan singkat ini, para siswa belajar bahwa toleransi bukan sekadar pelajaran di buku, melainkan sikap yang tumbuh lewat perjumpaan dan pengalaman.


(RDH/rat/kus/madiuntoday)