Dari Warung ke Dunia, Huda Yuliviar Anak Josenan Kota Madiun Wakili AC Milan di Tokyo lewat eFootball



MADIUN – Siapa sangka, dari lorong-lorong kecil di Kelurahan Josenan, Kota Madiun, seorang pemuda bernama Huda Yuliviar Ammar tengah bersiap membela klub raksasa Italia, AC Milan, dalam eFootball World Finals 2025 di Tokyo, Jepang. Bukan sebagai pemain bola sungguhan, tapi sebagai atlet eSport yang namanya sedang melejit di panggung internasional.


Huda, 21 tahun, adalah representasi nyata dari mimpi yang tumbuh dari konsol dan koneksi internet. Pemuda lulusan SMKN 1 Kota Madiun ini baru saja menorehkan sejarah dengan menjuarai AC Milan Club Finals, ajang bergengsi yang mempertemukan para pemain terbaik eFootball dari seluruh dunia. Dirinya akan menjadi wakil resmi AC Milan dalam World Finals yang digelar pada 18 Juli mendatang di Tokyo.


“Sebelum ini saya juga pernah ke Italia, ikut turnamen juga. Memang sejak 2021 saya sudah serius jadi atlet eSport, khususnya di cabang eFootball. Hobi saya main, jalan-jalan, dan alhamdulillah dapat uang dari situ,” ujar Huda. 


Perjalanan Huda di dunia eFootball dimulai bukan dari tempat megah, melainkan dari turnamen kecil yang diselenggarakan di warung kopi atau lewat grup WhatsApp. Saat itu, hanya berbekal semangat dan skill, Huda mengikuti satu demi satu kompetisi lokal, hingga akhirnya mulai dikenal di komunitas gamer.


“Awalnya ikut-ikut aja. Turnamen kecil, menang, ikut yang lebih besar. Dari situ saya terus naik. Umur 22 sekarang, dan baru saya dari Kota Madiun yang bisa sampai ke level ini,” kenangnya.


Huda kini tergabung dalam tim esports papan atas, Rex Regum Qeon (RRQ) divisi eFootball. Di babak grup AC Milan Club Finals, dirinya tampil meyakinkan. Mengalahkan pemain Ukraina, KsendzovPasha, dengan skor 4-1, lalu menundukkan Mendoca dari Brasil dengan skor 2-1. Dua kemenangan itu mengantarnya sebagai juara grup sekaligus unggulan di babak final.


“Persiapan turnamen luar negeri ya tinggal bawa badan. Tantangan terberat justru waktu kualifikasi. Ribuan peserta dari seluruh dunia ikut, tiap ronde cuma diambil 1-16, dan akhirnya satu orang saja yang lolos. Alhamdulillah saya bisa sampai tahap itu,” jelasnya.


Meski namanya kini dikenal secara global, Huda tetap membumi. Ia menyadari bahwa tak semua anak muda berbakat seberuntung dirinya. Karena itu, ia berharap ada perhatian lebih untuk perkembangan dunia eSport, terutama dari daerah.


“Harapan saya, eSport lebih diperhatikan, lebih diwadahi. Banyak anak muda berbakat di kota-kota kecil seperti Madiun. Sayang kalau tidak ada dukungan,” katanya.


Kini, setelah menaklukkan Italia dan bersiap ke Jepang, langkah Huda seolah menjadi bukti bahwa game bukan lagi sekadar hiburan. Dengan tekad, disiplin, dan kesempatan, eSport bisa menjadi jalan hidup dan kebanggaan bangsa.

(dspp/kus/madiuntoday)