Beras dan Tomat Naik Tajam, Inflasi Madiun Terdongkrak



MADIUN - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan (month to month/mtm) di Kota Madiun sebesar 0,27 persen pada Juli 2025. Lonjakan harga beras dan tomat menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan ini.


Statistisi Ahli Muda BPS Kota Madiun, Emi Arifiliana, menjelaskan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar terhadap inflasi, yakni 0,14 persen dari total inflasi 0,27 persen, dengan laju inflasi kelompok ini mencapai 0,51 persen.


“Harga beras naik 1,88 persen, sementara tomat melonjak tajam hingga 27,29 persen,” ujar Emi.


Selain pangan, sektor pendidikan turut menyumbang inflasi sebesar 1,14 persen, yang dipicu oleh meningkatnya biaya masuk sekolah dan kursus di awal tahun ajaran baru. Di sisi lain, transportasi juga memberi kontribusi inflasi sebesar 0,41 persen, seiring kenaikan harga bahan bakar.


Meskipun kenaikan harga beras tergolong moderat, komoditas ini tetap menyumbang andil cukup besar, yakni 0,08 persen, karena perannya sebagai kebutuhan pokok. Emi mengungkapkan bahwa pasokan beras masih terganggu lantaran belum masuk masa panen, sementara Madiun bukan daerah penghasil beras utama. Panen raya baru diperkirakan dimulai pada Agustus.


Distribusi beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) dari pemerintah juga baru dimulai akhir Juni, sehingga belum berpengaruh terhadap harga pada bulan Juli.


Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi di Madiun mencapai 2,20 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (Januari–Juli) sebesar 1,48 persen. Angka ini masih dalam batas aman, yakni di bawah target inflasi nasional 2,5±1 persen.


Menjelang Agustus, BPS memprediksi tekanan inflasi akan tetap terkendali. “Dalam dua tahun terakhir, inflasi Agustus cukup rendah, yaitu 0,07 persen pada 2024 dan 0,02 persen pada 2023,” tutup Emi.

(rams/kus/madiuntoday)