80 Pelajar Adu Akurasi di Kejurkot Petanque, Bidik Prestasi hingga Porprov
MADIUN – Sorak sorai pelajar mewarnai halaman SDN 05 Madiun Lor, Selasa (26/8). Sebanyak 80 siswa dari 16 SD/MI saling adu ketangkasan dalam Kejuaraan Kota (Kejurkot) Petanque 2025 yang digelar meriah sebagai rangkaian HUT ke-65 sekolah tersebut. Kejuaraan berlangsung selama dua hari, 26–27 Agustus 2025.
Kejurkot Petanque tahun ini merupakan penyelenggaraan ketiga. Selain untuk meramaikan peringatan HUT sekolah, kegiatan ini juga menjadi langkah penting memperkenalkan sekaligus memasyarakatkan olahraga asal Prancis tersebut di Kota Pendekar.
Petanque sendiri dimainkan dengan cara melempar tiga bola besi (boules) sedekat mungkin ke bola kayu kecil bernama boka. Tim yang bola besinya paling dekat dengan boka berhak atas poin. Biasanya pertandingan berlangsung hingga 13 poin. Namun, dalam Kejurkot kali ini sistem dimodifikasi menjadi 9 poin di babak awal dan 11 poin di semifinal.
Ketua Panitia Kejurkot, Edi Purwoko, menyebut kejuaraan ini tidak sekadar kompetisi, melainkan juga sarana menjaring bibit atlet sejak dini.
“Harapan kami, Kota Madiun bisa menjadi pusat petanque di Jawa Timur bahkan nasional. Olahraga ini unik, tidak mengandalkan tenaga besar, melainkan akurasi dan konsentrasi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Harian Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Kota Madiun, Hari Syawal. Menurutnya, Kejurkot menjadi bagian dari strategi pembinaan atlet berjenjang.
“Dari sini kita bisa menjaring bibit untuk diproyeksikan ke ajang lebih tinggi seperti POPDA, Kejurwil, hingga Porprov. Pemenang akan diambil juara satu hingga empat, baik kategori single maupun double,” jelasnya.
Hari juga mengapresiasi dukungan Ketua Umum FOPI Kota Madiun, Yuni Setyawati Maidi, yang memberikan kehormatan kepada Endrakila sebagai tuan rumah penyelenggaraan Kejurkot ketiga ini. Ia berharap Kota Madiun dapat berkembang menjadi pusat petanque di Jawa Timur hingga tingkat nasional.
Dengan penyelenggaraan Kejurkot secara konsisten, Kota Madiun menegaskan komitmen melahirkan atlet-atlet muda berbakat sekaligus memperkaya ragam olahraga yang diminati masyarakat.
“Kalau sepak bola bisa memasyarakat, kenapa petanque tidak? Justru kelebihannya, olahraga ini tidak memerlukan banyak tenaga, tapi menuntut konsentrasi tinggi. Bisa dimainkan berbagai kalangan,” pungkasnya.
(Bip/rat/Kus/Madiuntoday)