Tak Lekang Oleh Waktu, Usaha Keset Perca Nanik Gutari Tetap Eksis Hingga Empat Dekade
MADIUN – Tumpukan kain perca warna-warni tampak memenuhi lantai salah satu rumah yang ada di Gang Ayam Alas, Kelurahan Nambangan Lor, Kota Madiun. Dari tumpukan barang sisa itu, ternyata bisa diubah menjadi satu karya bernilai jual tinggi. Yakni sebuah pengesat kaki atau keset, yang dihasilkan dari tangan Nanik Gutari. Kisahnya dimulai sejak tahun 1985, Nanik, terinspirasi dari tetangga yang juga membuat keset dari kain perca. Dari sanalah tangan terampilnya itu terus diasah, hingga bertahan sampai sekarang.
“Bahan utama tentu kain perca, juga ada karung goni. Kalau perca biasanya dapat dari sisa pembuatan kaos yang dijual kiloan. Kalau goni belinya lembaran, itu bisa menghasilkan sekitar enam keset,” terang perempuan 60 tahun itu.
Dalam sehari, ia mampu menyelesaikan dua hingga tiga keset. Proses pembuatannya cukup panjang, dimulai dengan memilah kain perca sesuai warna, memotong sesuai ukuran, lalu menyiapkan goni dengan ukuran standar 52x32 cm. Setelah bagian tepi dijahit dengan potongan perca, ia menggambar pola untuk mempermudah penyusunan motif. Dan setelahnya mulai memasukan potongan kain perca kedalam sela2 goni dengan menggunakan jarum besar. Motif keset bisa bervariasi sesuai pesanan.
“Kesulitannya biasanya kalau stok goni habis atau bahan goninya terlalu padat, jadi susah dirajut dengan kain perca,” ungkapnya.
Harga jual keset perca hasil karyanya cukup terjangkau. Untuk sistem borongan, satu keset dihargai Rp13 ribu, sementara penjualan eceran bisa mencapai Rp15 ribu. Hasil produksinya umumnya diambil pengepul, terutama dari daerah Sangen, dengan sekali pengambilan minimal 50 buah.
“Kalau dikerjakan terus, dalam satu bulan bisa selesai 50 keset. Yang paling lama itu motong-motong kain perca. Apalagi semua saya kerjakan sendiri sambil momong cucu,” akunya.
Selain melalui pengepul, Nanik juga memasarkan produknya lewat pameran kerajinan, hingga marketplace. Tak jarang, ia juga menerima pesanan khusus untuk berbagai acara. Bahkan karyanya pernah dipamerkan hingga ke luar kota, seperti Jombang. Bagi Nanik, keunggulan keset perca bukan hanya pada motifnya yang beragam, tapi juga daya serapnya yang tinggi. Itulah mengapa banyak orang tetap memilih produknya, meski kini keset modern banyak beredar di pasaran.
Di usianya yang tak lagi muda, Nanik masih setia dengan kerajinannya. Harapannya sederhana, usaha ini bisa terus berkembang dan dikenal lebih banyak orang. “Semoga makin banyak yang tahu, jadi keset perca tidak hanya dipandang sebelah mata,” pungkasnya.
(Bip/rat/kus/Madiuntoday)