Kota Madiun Alami Deflasi 0,07 Persen pada Agustus, Tomat dan Cabai Jadi Penyumbang Utama



MADIUN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun mencatat, pada Agustus 2025 terjadi deflasi sebesar 0,07 persen. Angka ini sama dengan kondisi pada Agustus tahun lalu yang juga mengalami deflasi 0,07 persen.


Kepala BPS Kota Madiun, Abdul Aziz, menjelaskan deflasi bulanan tersebut utamanya disebabkan penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi 0,82 persen dengan andil 0,22 persen. Kelompok lain yang ikut menekan inflasi adalah perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,12 persen dengan andil 0,01 persen.


“Komoditas yang paling berpengaruh adalah tomat dengan deflasi sangat dalam sebesar 62,47 persen dan andil 0,17 persen, cabai rawit dengan deflasi 29,05 persen dan andil 0,12 persen, serta telur ayam ras yang turun 2,51 persen dengan andil 0,03 persen,” terangnya.


Meski demikian, masih terdapat komoditas yang menahan laju deflasi, di antaranya biaya akademi/perguruan tinggi yang naik 4,18 persen dengan andil 0,07 persen, harga daging ayam ras yang naik 3,78 persen dengan andil 0,05 persen, serta sepeda motor yang naik 1,55 persen dengan andil 0,03 persen.


Secara tahunan (y-on-y), Agustus 2025 mencatat inflasi sebesar 2,20 persen. Hal ini terlihat dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,18 pada Agustus 2024 menjadi 107,49 pada Agustus 2025. Sementara secara tahun kalender, inflasi Kota Madiun tercatat 1,41 persen.


“Secara bulanan kita mengalami deflasi, namun secara tahunan tetap terjadi inflasi. Kondisi ini menunjukkan harga beberapa komoditas pangan sangat berfluktuasi, terutama hortikultura seperti tomat dan cabai, yang cepat memengaruhi inflasi daerah,” jelas Abdul Aziz.


Jika dibandingkan wilayah lain di Jawa Timur, seluruh kabupaten/kota juga mengalami deflasi pada Agustus 2025. Deflasi terdalam tercatat di Kabupaten Tulungagung sebesar 0,22 persen, sedangkan yang paling rendah di Kabupaten Jember sebesar 0,04 persen.


Abdul Aziz menambahkan, pemantauan terhadap pergerakan harga pangan strategis akan terus dilakukan. “Harapan kami, masyarakat tetap mendapatkan akses harga yang stabil. Data ini juga penting sebagai dasar pemerintah dalam mengendalikan inflasi daerah,” pungkasnya.

(Dspp/kus/madiuntoday)