Fenomena FOMO Para Remaja Dibalik Aksi Unjuk Rasa



MADIUN – Unjuk rasa berujung pengrusakan dan penjarahan di DPRD Kota Madiun beberapa waktu lalu menyisakan fenomena baru yang patut dicermati. Yakni, keterlibatan anak-anak dan remaja dalam aksi. Pihak berwajib setidaknya mengamankan 91 pelaku. Sembilan di antaranya ditetapkan sebagai tersangka. Menariknya, 70 persen dari mereka yang diamankan merupakan anak-anak. 


Hal ini nyatanya tidak hanya terjadi di Kota Madiun. Hadirnya remaja dalam gelombang demonstrasi juga terjadi di daerah lain. Dilansir dari Kompas.com, aksi demonstrasi yang melibatkan Generasi Z atau Gen Z juga terjadi di Banten dan Surabaya. Polisi setidaknya menangkap 14 remaja di Banten dan 26 pelajar di Surabaya. Kebanyakan dari mereka masih pelajar SMP dan SMA. 


Masih dalam ulasan Kompas.com, Generasi Z memiliki karakter khas. Yakni, cepat menyerap informasi, kritis, berani, tapi juga rentan pada hoaks, impulsif, dan haus pengakuan sosial. Validasi sering diukur lewat jumlah like, komentar, atau views di media sosial. Tak heran, banyak keputusan diambil bukan karena pertimbangan rasional, melainkan karena dorongan untuk diakui oleh kelompok sebaya atau komunitasnya. Di sinilah fenomena fear of missing out (FOMO) mengambil peran penting. Generasi Z sangat peka terhadap tren dan keramaian.


Masalahnya, fenomena FOMO para Gen Z ini melebar ke berbagai kegiatan. Bukan hanya FOMO untuk nongkrong, konser musik, atau acara komunitas. Tapi juga ikut-ikutan turun ke jalan dalam aksi demonstrasi. Parahnya bukan sekedar ikut-ikutan turun ke jalan, tetapi berubah menjadi keterlibatan dalam aksi anarkis. 


Fenomena FOMO yang terjadi di Kota Madiun ini juga diungkapkan Wakapolres Madiun Kota Kompol I Gusti Agung Ananta Pratama pada gelar perkara, Kamis (11/9) lalu. Wakapolres menyebut dari puluhan pelaku yang diamankan tersebut sebagian besar hanya karena FOMO.


‘’Dari 91 yang kita amankan hampir sebagain besar adalah FOMO,’’ ungkapnya.


Sementara itu, Wali Kota Madiun Dr. Maidi mengaku akan segera mengambil langkah penanganan sekaligus antisipai. Pembinaan karakter kepada para siswa pun mengemuka, Jumat (12/9) besok. Hal itu penting untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang bahayanya fenomena FOMO jika terprovokasi kepada tindakan anarkis. 


‘’Nanti ada program khusus. Anak-anak kita kumpulkan, kalau perlu dengan orang tuanya. Kita beri pembinaan,’’ ujarnya. (ws hendro/agi/madiuntoday)