Agar Siswa Tak FOMO Aksi Kekerasan, Pelajar Spensen Ikuti Pembinaan Keagamaan



MADIUN – Usia remaja rentan terjerumus tindak provokasi oknum tak bertanggung jawab. Seperti halnya aksi demonstrasi di Kota Madiun beberapa waktu lalu. 70 persen dari mereka yang diamankan petugas merupakan anak-anak remaja. Mereka terpaksa diamankan petugas berwajib lantaran turut dalam aksi pengrusakan dan penjarahan saat unjuk rasa. Nyatanya, mereka sekedar ikut-ikutan aksi yang dihimpun melalui media sosial tersebut. 


Berbagai upaya pun dilakukan sebagai langkah antisipasi fenomena fear of missing out (FOMO) tersebut. Termasuk dari pihak sekolah. Seperti di SMPN 11 Kota Madiun (Spensen) yang membekali peserta didiknya dengan karakter religius. Bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad, pihak sekolah menggelar pengajian akbar, Jumat (12/9) malam. Pihak sekolah sengaja menekankan materi pengajian terkait kenakalan remaja.


“Di sekolah kami tidak ada yang terlibat aksi, tetapi sebagai langkah pencegahan kami terus memberikan pembinaan karakter kepada anak didik kami,” kata Kepala SMPN 11 Kota Madiun, Moch Agus Setiono.


Pihaknya sengaja mengundang orang tua atau wali murid dalam giat pengajian. Hal itu penting mengingat pendidikan karakter tidak cukup hanya dari sekolah. Namun, juga harus dikolaborasikan dengan pendidikan keluarga di rumah. Namun, orang tua juga harus dibekali bagaimana agar pendidikan keluarga berjalan optimal. Tak heran, materi pengajian juga menekankan pendidikan keluarga dengan meneladani Rasulullah SAW. 


“Kepada pembicara memang kami tekankan untuk memberikan materi terkait pendidikan keluarga dengan meneladani Rasulullah. Materi itu kita kaitkan dengan fenomena kenakalan remaja,” ujarnya.


Seperti diketahui pelajar SMP masuk dalam Generasi Z memiliki karakter khas. Yakni, cepat menyerap informasi, kritis, berani, tapi juga rentan pada hoaks, impulsif, dan haus pengakuan sosial. Validasi sering diukur lewat jumlah like, komentar, atau views di media sosial. Tak heran, banyak keputusan diambil bukan karena pertimbangan rasional, melainkan karena dorongan untuk diakui oleh kelompok sebaya atau komunitasnya. Generasi Z sangat peka terhadap tren dan keramaian. Karenanya, sifat aktif Gen Z tersebut harus diarahkan kepada kegiatan yang bernilai positif. (bip/agi/madiuntoday)