Upaya Wali Kota Telurusi Lorong Bawah Tanah, Dapat Buku Peta Kekuasaan Belanda Hingga Gandeng Akademisi UGM




MADIUN – Upaya Wali Kota Maidi menelusuri keberadaan lorong tua bawah tanah di jantung Kota Madiun tampaknya mulai membuahkan hasil. Orang nomor satu di Kota Pendekar tersebut berhasil mendapatkan salah satu arsip pendukung peta Kota Madiun era kolonial dalam sebuah buku. Buku bertuliskan The Great Book of Dutch Maps yang didapat dari kunjungan di Negeri Kincir Angin, Belanda beberapa waktu lalu. Buku tersebut berisi dokumen peta Belanda selama lima abad atau 500 tahun.


Dalam buku tersebut tidak hanya terdapat peta kekuasaan penjajahan Belanda selama lima abad. Namun, juga menunjukkan peta bangunan-bangunan penting diera penjajahan. Tidak menutup kemungkinan terkait lorong bawah tanah tersebut. Namun, tentu bukan lantas bisa langsung dikerjakan. Buku tersebut seluruhnya berbahasa Belanda. Tak heran, butuh waktu untuk menerjemahkannya. 


‘’Setidaknya arsip Kota Madiun ada dan sudah ketemu. Tetapi kita harus menerjemahkan dulu dokumen yang berbahasa Belanda ini. Setelah hasil terjemahannya selesai, maka akan kita riset,’’ kata Wali Kota Maidi, Sabtu (27/5).


Wali kota menambahkan buku tersebut bisa menjadi data pendukung keberadaan lorong yang dicari. Sedang, keberadaan peta yang dimaksud masih ada di kantor Arsip Nasional Belanda. Sebab, tidak mudah menemukan peta tersebut. Wali kota mengatakan setidaknya terdapat 300.000 peta era penjajahan Belanda yang tersimpan di kantor tersebut. Untuk mendapatkan peta tata kota Madiun yang dimaksud setidaknya membutuhkan waktu dua bulan. Karenanya, wali kota juga berencana menggandeng akademisi dari UGM terkait hal tersebut. 


‘’Blue print-nya kota ini ada (di Belanda). Bahkan lorong pun tampak kelihatan dari atas pada peta. Tetapi, untuk kedalaman ini nah ini perlu dibaca dan dicari sana. Untuk itu, Pemkot Madiun tidak bisa sendiri. Pemkot Madiun membutuhkan ahli dengan para akademisi dari UGM,’’ ungkapnya. 


Wali kota menambahkan dokumen yang ada di kantor Arsip Nasional Belanda itu bersifat khusus. Seluruh peta tersimpan di bawah suhu 18 derajat. Karenanya membutuhkan waktu. Pun, harus menggandeng pakar. Akademisi dari UGM itu akan diminta untuk mencari, mengkaji, dan menganalisis peta tersebut. 


‘’Prinsipnya kita terus berupaya. Setidaknya sudah ada titik terang. Termasuk buku tentang peta-peta lama di era penjajahan Belanda itu. Tetapi sekali lagi, ini perlu waktu, masyarakat harus bersabar,’’ pungkasnya. (ws hendro/agi/madiuntoday)