Kota Tangguh Pangan
Ruang Satu
Kalau ada desa atau kelurahan tangguh bencana (Destana), kita juga punya Kota Tangguh Pangan. Ya, kota kita biarpun tidak banyak memiliki lahan, tetapi terbukti memiliki ketahanan pangan yang baik. Survei yang dilakukan juga bukan oleh lembaga sembarangan. Survei ini dilakukan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk periode 2021. Survei dilakukan pada 2022 dan hasilnya baru dirilis tahun ini. Survei yang dilakukan Bapanas memang menyeluruh. Di antaranya tingkat konsumsi daging, ikan, sayur dan biji-bijian dan lain sebagainya. Dari sejumlah item itu kemudian mengemuka indek ketahanan pangan tersebut. Kota Madiun memiliki indeks ketahanan pangan mencapai skor 85,32. Nilai itu yang tertinggi di antara sembilan kota di Jawa Timur yang diriset Bapanas.
Namun, berbicara ketahanan pangan, tentu bukan hanya berkutat pada ketersediaan makanan dan tingkat konsumsi masyarakat. Ada banyak variabel lainnya. Dari yang saya baca setidaknya terdapat delapan indikator utama dalam mengukur indeks ketahanan pangan tersebut. Yakni, presentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65 persen terhadap total pengeluaran, persentase rumah tangga tanpa akses listrik, persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih, Angka harapan hidup pada saat lahir, rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk, rata-rata lama sekolah perempuan di atas 15 tahun, dan persentase balita dengan tinggi badan di bawah standar atau stunting.
Nah, saya cukup percaya diri dengan sejumlah indikator tersebut. Sebab, capaian kota kita terkait indikator utama tersebut memang sudah cukup baik. Seperti jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan. Kita masuk di deretan yang terendah di Jawa Timur. Yakni menempati urutan ke empat terendah pada 2022. Sedang, untuk tingkat kemiskinan ekstrem di urutan dua terendah. Angka kemiskinan tersebut juga semakin turun. Angka kemiskinan kita di angka 5,09 persen pada 2021 dan kemudian turun di 4,76 persen di 2022. Sementara untuk kemiskinan ekstrem hanya 0,46 persen di 2021 dan turun menjadi 0,30 persen di 2022.
Begitu juga terkait stunting. Angka prevalensi stunting Kota Madiun pada 2021 di angka 12,4 persen. Pun, upaya penekanan terus dilakukan hingga menyisakan 9,7 persen di 2022. Sedang, angka harapan hidup masyarakat Kota Madiun pada 2021 mencapai 72,83 tahun. Sementara di 2022 lalu sudah naik di angka 73,13 tahun. Artinya, setiap bayi yang lahir di Kota Madiun memiliki usia harapan hidup mencapai 73 tahun lebih. Begitu juga dengan indikator listrik dan air bersih untuk rumah masyarakat sudah terpenuhi secara menyeluruh.
Mengacu UU 18/2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Artinya, juga berkaitan dengan keberlangsungan hidup ke depan. Urusan ketahanan pangan memang bukan hanya persoalan kecukupan makanan. Namun, juga terkait urusan dasar lainnya. Urusan ketahanan pangan bukan sekedar pemenuhan makanan di hari itu. Namun, juga jaminan keberlangsungan ke depan.
Karenanya, mungkin banyak daerah perkotaan yang memiliki lahan lebih luas dibanding kota kita. Namun, mungkin saja indikator lainnya belum terpenuhi. Urusan ketahanan pangan ini memang tidak cukup dari peran pemerintah. Tetapi butuh partisipasi masyarakat. Contoh sederhananya dari kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Kegiatan P2L ini haru masif dilakukan. Di kota kita, kegiatan P2L sudah nyaris ada di tiap Rt dan Rw bahkan lingkup rumah tangga. Saya memang menginstruksikan agar tidak ada lahan yang dibiarkan tidur. Ini penting karena kita tidak banyak memiliki lahan pertanian. Kita ini perkotaan dan memang tidak banyak memiliki lahan. Tidak banyak memiliki sumber daya alam. Tetapi bukan berarti tidak boleh maksimal. Karenanya, saya instruksikan sejak awal jangan sampai ada lahan yang dibiarkan tidur tidak termanfaatkan.
Khususnya lahan aset pemerintah. Salah satu contohnya P2L di Kelurahan Rejomulyo yang memanfaatkan lahan pinggir jalan. Oleh masyarakat setempat lahan dijadikan pekarangan dengan tanaman sayur mayur. Biarpun tidak luas, setidaknya bisa mencukupi kebutuhan bahan makanan masyarakat. Hal itu juga terjadi di sejumlah lokasi lainnya. Saya arahkan masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan tanaman konsumtif. Kalau setiap lahan kosong dimanfaatkan seperti itu, berapa ton bahan makanan yang dihasilkan. Artinya, secara tidak langsung ketergantungan dari daerah lain juga semakin ditekan, inilah yang dimaksud dengan ketahanan pangan.
Saya memang paling tidak bisa melihat lahan terbelengkalai begitu saja. Itu seperti yang terjadi di kawasan sumber umis. Kawasan itu dulu hanyalah sungai saluran limbah rumah tangga dengan semak belukar disekitarnya. Siapa saja pasti akan jijik melihatnya. Saya semakin risih, karena kawasan itu berada di jantung kota. Bayangkan, ada kawasan kumuh seperti itu di tengah kota. Siapa yang mau datang dan singgah. Yang ada malah pada mencemooh. Karenanya, pemanfaatan kawasan sumber umis menjadi salah satu langkah awal saya dulu. Kawasan itu sudah berubah menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Sekali lagi, kota ini memang tidak banyak memiliki sumber daya alam. Namun, bukan berarti tidak bisa memiki tempat yang menarik wisatawan.
Memanfaatkan lahan kosong menjadi lebih produktif saya masifkan selama ini. Seperti lahan bengkok di sebelah Rusunawa 1 dan 2. Lahan di lokasi tersebut sudah beberapa tahun ini ditanami cabai. Saat panen, langsung dibagikan kepada masyarakat. Ada juga lahan di Ngrowo Bening Edupark yang juga dimanfaatkan dengan beragam tanaman konsumtif. Untuk menjaga keberlangsungan ke depan, budaya ini harus kita tanamnakan. Karenanya, saya juga membudayakan cinta menanam kepada pelajar. Anak-anak SD mulai diajak untuk menanam minimal satu tanaman cabai. Rencananya, juga akan kita tampilkan di Pahlawan Street Center. Kita tampilkan anak-anak ini dengan tanaman cabainya masing-masing. Kita gebyarkan saat Hari Jadi nanti.
Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd