105 Bukan Sekedar Angka
Ruang Satu
Kota kita merayakan Hari Jadi-nya yang ke-105 tahun ini. Ibarat manusia, usia ke-105 ini tentu sudah tidak lagi muda. Juga sudah lewat dewasa. 105 ini lebih pas disebut usia senja. Bagi saya, 105 bukan sekedar angka. 105 merupakan pelecut semangat untuk semakin berkarya. Usia boleh saja semakin menua, tetapi penampilan tetap harus muda. Usia boleh senja, tetapi kreatifitas harus seperti anak muda. Itu yang sedang berlangsung di kota kita tercinta ini. Kota kita menarik banyak wisatawan kini. Salah satunya, karena kota kita selalu berpenampilan yang kekinian.
Pembangunan fisik ini masih akan terus dilakukan. Apalagi, dari yang sudah tersaji ini baru separuh jalan dari rencana besar. Masih ada banyak pembangunan yang belum terealisasikan. Tempat-tempat ikonik masih akan dimunculkan. Salah satunya, PeceLand. Ya, rencana pembangunan miniatur Kota Madiun itu sudah pernah mengemuka. Rencananya di Nambangan Lor tepatnya di depan kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. PeceLand memang proyek besar. Pun, sudah ada beberapa investor yang tertarik berkolaborasi. Ke depan, PeceLand akan menjadi daya tarik tersendiri bagi kota kita ini.
105 bukanlah sekedar angka. 105 wajib dimaknai semangat perubahan menjadi lebih baik. Kota kita ini wajib terus berubah. Wajib terus menghadirkan sesuatu yang baru. Hal itu penting untuk menarik wisatawan tadi. Pembangunan tidak boleh berhenti. Ide dan kreatifitas harus terus digali. Seperti diketahui, Pahlawan Street Center (PRC) juga terus disempurnakan. Ikon-ikon baru akan kita tambahkan. Seperti kincir angin Belanda dan menara jam Big Ben Inggris. Saat ini sedang proses pembangunan. Di kawasan wisata Sumber Umis juga akan kita tambah bianglala. Rencananya, memiliki tinggi sampai 25 meter. Nantinya, masyarakat bisa melihat keindahan Kota Madiun dari ketinggian.
Investor yang tertarik sudah ada. Namun, dalam pembangunanya tidak bisa sembarangan. Dibutuhkan tim ahli yang sudah mengantongi sertifikat. Sebab, wahana bianglala ini juga berkaitan dengan keselamatan. Baik penumpang maupun orang di sekitarnya. Salah satunya ada di Singapura. Tidak menutup kemungkinan akan kita cari tahu ke sana. Kita hadirkan wahana permainan ini agar semakin memanjakan wisatawan. Kalau biasanya hanya berfoto, ke depan sekaligus bisa bermain. Bisa mengukir kenangan yang tak terlupakan.
105 bukan sekedar angka. Harus dimaknai perubahan nyata. Perubahan tentu bukan urusan fisik semata. Ada non fisik yang juga tidak boleh dikesampingkan. Bahkan, saya sengaja memberikan perhatian lebih pada urusan ini. Seperti diketahui, kota kita tidak banyak memiliki sumber daya alam. Menutup kekurangan itu, sumber daya manusia kita harus mumpuni. Harus bermutu dan berkualitas. Kota kita harus menjadi pencetak SDM unggul. SDM berkualitas yang dibutuhkan dimana saja. Ini terus kita persiapkan dari sekarang. Kita persiapkan sejak dini untuk menyambut Indonesia generasi emas 2045 mendatang. Kalau tidak dari sekarang, tentu kita akan tertinggal dan menjadi korban perubahan. SDM kota kita harus bisa mengikuti perubahan dan ikut andil dalam perubahan itu sendiri. Jangan sampai menjadi korban perubahan.
Upaya mewujudkan itu mulai membuahkan hasil. Setidaknya, bisa dilihat dari Indek Pembangunan Manusia (IPM) kota kita yang mencapai 82,01 poin. Tertinggi ketiga di Jawa Timur. Kita hanya kalah dari Surabaya dan Malang. Padahal, APBD keduanya jauh di atas APBD kota kita. APBD Kota Surabaya mencapai Rp 7 triliun. Sedang, APBD kota malang mencapai Rp 2 triliun. Sementara APBD kota kita Rp 1,2 triliun. Biarpun begitu capaian IPM kita tidak jauh berbeda. Artinya, kita bisa bersaing dengan daerah lain yang memiliki anggaran cukup besar.
Usia Harapan Hidup masyarakat kita juga tinggi. Mencapai 73,13 tahun pada 2022 lalu. Artinya, setiap bayi yang lahir di Kota Madiun memiliki usia harapan hidup mencapai 73 tahun lebih. Angka itu juga telah naik dibanding 2021 lalu yang sebesar 72,83 tahun. Usia harapan hidup masyarakat kita terus mengalami peningkatan beberapa tahun belakangan ini. Tentu hal itu bukan datang begitu saja. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari yang saya baca, kebahagiaan salah satunya.
Masyarakat kita memang menjalani hidup dengan bahagia. Itu bukan sekedar ucapan belaka. Tetapi ada datanya. Hal itu disampaikan tim penilai iBangga Award 2023 yang datang, Kamis (15/6) lalu. Kota kita memang satu dari lima nominator iBangga Award 2023. Kita berhasil menjadi nominator karena Indek Kebahagiaan Hidup (IKH) masyarakat kita juga tinggi, mencapai 60,52 poin. Angka tersebut sudah naik 4,1 poin dari sebelumnya. Hal itu disampaikan Dr. Lutfi Agus Salim, akademisi Unair sekaligus ketua tim penilai iBangga Award 2023 tersebut. Capaian itu, kata beliau, jarang dialami daerah-daerah. Jawa Timur saja masih jauh dari angka 60. Artinya, capaian IKH kota kita sudah melebihi Jawa Timur.
105 bukan sekedar angka. Ini harus menjadi pelecut semangat untuk semakin memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat semua. Pelayanan yang kita berikan tampaknya sudah cukup baik. Hal itu dibuktikan dari indek kepuasan masyarakat dengan hasil sangat baik. Kepuasan masyarakat akan pelayanan pemerintah mencapai nilai 86,964 untuk tahun 2022 lalu. Pun, terus mengalami peningkatan. Mulai 86,456 pada 2021 dan 85,501 pada 2020.
Pelayanan kepada masyarakat ini juga membuahkan sejumlah prestasi dan penghargaan. Setidaknya sudah ada 209 penghargaan dan prestasi sejak saya menjadi Wali Kota Madiun. Namun, itu bukan tujuan utama. Bagi saya kepuasaan masyarakatlah prestasi tertinggi. Jangan sampai kita terus mengejar prestasi tetapi melupakan unsur kebahagian dan kesejahteraan masyarakat tadi. Jangan sampai terlihat menarik dari luar tetapi masyarakatnya tidak bahagia. Karena bagaimanapun juga kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama kita.
Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd