Penyeberangan Kasih Sayang
Ruang Satu
Hidup di Kota Madiun harus bahagia. Syarat bahagia sejatinya sederhana. Harus bisa menerima apapun kondisinya dengan tulus dan ikhlas. Itu tentu perlu menata diri dan hati. Memang standar kebahagiaan setiap orang berbeda. Kebanyakan orang menilai kebahagiaan dengan sesuatu yang besar. Padahal, kebahagiaan bisa datang dari hal kecil di sekitar kita. Yakni, keluarga. Ada yang kaya tapi tidak bisa bahagia karena permasalahan keluarga. Ada yang miskin tapi bahagia juga karena keharmonisan keluarga. Karenanya, keluarga di Kota Madiun harus selalu harmonis.
Lagi-lagi, itu bisa datang dari hal kecil. Bergandengan tangan misalnya. Sering kita mengabaikan itu di rumah. Suami-istri jarang sekali bergandengan tangan kalau di rumah. Saya ingin mengembalikan itu. Keluarga bisa harus kembali layaknya keluarga. Saya mulai itu dari tempat wisata. Sabtu (8/7) kemarin saya meresmikan Penyeberangan Kasih Sayang. Penyeberangan Kasih Sayang ini merupakan jalan penghubung antara Taman Sumber Wangi dan Sumber Umis. Atau yang lebih kerennya dari Patung Merlion Singapura menuju Ka’bah Saudi Arabia. Yang lewat situ, bapak-bapak menggandeng tangan istri atau anaknya. Melihatnya saja sudah bahagia. Harapannya, yang seperti itu terus terjaga sampai di rumah.
Tempat-tempat wisata di kota ini memang berbasis keluarga. Semua kita konsep agar bisa dinikmati semua usia. Mulai anak-anak, dewasa, sampai lansia. Bahkan, juga kita tambah dengan fasilitas disabilitas. Ada lantai braile untuk tuna netra. Setiap tangga juga kita tambahkan jalur kursi roda. Saya ingin semua bisa menikmatinya. Termasuk penyeberangan jalan tadi. Dari hal kecil bisa mendatangkan hal besar. Hal ini saya lakukan juga untuk mendukung program Bangga Kencana. Yakni, dengan menciptakan keluarga yang harmonis. Juga, mengoptimalkan tumbuh kembang anak agar mendapatkan kehidupan yang layak di tengah keluarga yang bahagia.
Urusan keluarga ini memang vital. Karenanya pemerintah pusat juga memberikan perhatian khusus. Bahkan, ada Hari Keluarga Nasional (Harganas). Tahun ini sudah peringatan yang ke-30. Dalam Harganas biasanya tersaji lomba-lomba agar daerah terpacu. Kota Madiun juga begitu. Puncaknya, kita mendapatkan tanda jasa kehormatan dari bapak presiden. Yakni, Satyalancana Wira Karya. Prosesi penyerahan penghargaan dilakukan Wakil Presiden bapak Ma'ruf Amin bersamaan dengan Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional di Banyuasin, Sumatra Selatan, Kamis (6/7) lalu.
Penghargaan ini diberikan karena peran serta dalam menyukseskan program Bangga Kencana. Di Kota Madiun pembangunan manusia kita lakukan menyeluruh melalui pendekatan siklus hidup. Mulai dari layanan Brokohan, pendirian Warung Stop Stunting, dan aplikasi Tamara (Data Keluarga Madiun Sejahtera). Sehingga, kita cukup berhasil menjamin dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi serta menurunkan prevalensi Stunting di Kota Madiun. Seperti diketahui, angka Stunting Kota Madiun menunjukkan progres yang cukup baik. Yakni, 12,4 persen pada 2021 turun jadi 9,7 di 2022. Bahkan, angka sudah berada jauh di bawah target nasional. Yakni, 14 persen. Target pusat itu pun sejatinya baru diterapkan pada di 2024 mendatang. Selain itu, indeks kebahagiaan hidup di Kota Madiun juga mencapai 60,52 poin dan angka pernikahan dini terendah di Jawa Timur. Yakni, hanya 18 pengajuan pada 2022 lalu.
Urusan kebahagiaan ini memang bukan sekedar keluarga yang harmonis. Namun, juga tersedianya layanan yang mudah dan cepat. Kita terus berupaya mendekatkan pelayanan yang seperti itu. Seperti layanan Brokohan. Ini merupakan layanan administrasi kependudukan khususnya bagi kelahiran baru. Intinya, setiap bayi yang lahir sudah mendapatkan NIK (Nomor Identitas Kependudukan), akta lahir, KIA (Kartu Identitas Anak), dan juga tercover BPJS Kesehatan yang dibiayai Pemerintah Kota Madiun. Untuk mempercepat pelayanan ini, semua petugas terkait pelayanan dokumen-dokumen tersebut tergabung dalam satu grup telegram yang diberi nama Brokohan.
Ini bukan sekedar urusan administrasi kependudukan. Tetapi jauh lebih dari itu. Setiap kelahiran itu beresiko. Baik kepada ibu maupun bayi yang dilahirkan. Untuk orang tua, saya optimis sudah memiliki jaminan kesehatan. Sebab, Kota Madiun sudah berstatus Universal Health Coverage (UHC). Kepesertaan masyarakat akan jaminan kesehatan nyaris 100 persen. Memang kita anggarkan untuk itu. Semua masyarakat Kota Madiun entah miskin maupun kaya bisa kita biayai BPJS Kesehatan asal mau di kelas tiga. Tetapi bagaimana dengan anak yang baru dilahirkan?
Itu bisa menjadi permasalahan serius. Apalagi, jika anak tersebut membutuhkan perawatan intensif paska kelahiran. Kebanyakan harus melakukan pembiayaan secara mandiri karena belum tercover jaminan kesehatan. Nah, melalui program Brokohan ini tiap bayi lahir sudah langsung tercover BPJS kesehatan. Hari itu dikirim, hari itu juga langsung diproses. Pernah ada kasus si anak harus menjalani perawatan intensif paska kelahiran hingga berhari-hari. Kalau harus membayar sendiri bisa sampai puluhan juta. Tentu kita tidak ingin seperti itu. Di Kota Madiun adanya jaminan hidup, bukan gangguan hidup. Baik sejak lahir hingga menjelang kematian. Tak heran, usia harapan hidup di Kota Madiun mencapai 73 tahun lebih. Artinya, setiap kelahiran di Kota Madiun memiliki usia harapan hidup sampai 73 tahun lebih.
Ini tentu bisa terwujud salah satunya dari keluarga. Karenanya, pembangunan keluarga ini penting. Apapun itu, keluarga adalah yang utama. Bukan hanya soal hidup bahagia. Tetapi juga mengoptimalkan tumbuh kembang anak agar mendapatkan kehidupan yang layak di tengah keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd