Tak Dibakar Cuma-Cuma, Daun Hingga Ranting Kering Kini Bisa Disulap Jadi Briket Ramah Lingkungan
MADIUN - Sampah organik di lingkungan rumah tangga kerap dianggap tak berguna. Daun kering dan ranting biasanya hanya dikumpulkan lalu dibakar, menimbulkan asap yang mencemari udara. Namun, warga Proklim Pesanggrahan, Kelurahan Taman kini mendapatkan alternatif baru dalam mengolah limbah tersebut menjadi produk bermanfaat berupa briket aromaterapi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang dilakukan tim Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Kampus Kota Madiun. Warga dibekali pengetahuan dan praktik langsung bagaimana memanfaatkan limbah organik kering untuk diolah menjadi arang, kemudian dipadatkan hingga berbentuk briket.
“Harapannya masyarakat bisa mengolah sampah, tidak hanya dijadikan kompos, tapi juga bernilai guna lain,” ujar Kurnia Fidiawati, Ketua Proklim Pesanggrahan.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, adanya pelatihan ini menjadi pengetahuan baru dan memberi pilihan alternatif selain kompos. Selama ini, limbah organik hanya diolah menjadi pupuk, yang jika jumlahnya berlebihan justru tidak termanfaatkan. “Dengan briket, sampah tidak hanya dibakar sia-sia, tetapi bisa menghasilkan produk yang bisa digunakan kembali,” tambah Kurnia.
Terpisah, Kaprodi Rekayasa Industri UKWMS Kampus Kota Madiun Ir. Chatarina Dian Indrawati, S.T., M.T., menjelaskan, proses pembuatan briket cukup sederhana. Yakni ranting dan daun kering dipanggang dalam reaktor skala kecil hingga menjadi arang, lalu ditumbuk halus. Selanjutnya, arang dicampur dengan lem tapioka sebagai perekat, dicetak, dan dikeringkan hingga berbentuk briket.
“Yang menarik, di sela proses pembuatan briket, kami bisa menambahkan pengharum. Jadi, selain sebagai bahan bakar alternatif, briket ini juga bisa difungsikan sebagai aromaterapi bahkan pengusir nyamuk,” terang Chatarina.
Selain itu, keunggulan lain dari arang hasil pembakaran ini bisa digunakan untuk menyerap bau tak sedap hingga menyaring air. Alat pembuat arang atau Reaktor Pirolisis Double Barrel sengaja dirancang sesederhana mungkin agar dapat diterapkan di rumah tangga.
Reaktor terdiri atas tabung besar dan kecil, dengan bahan bakar kayu sebagai pemantik panas. “Kami konsepkan tanpa listrik, hanya memanfaatkan media bakar manual. Prosesnya sekitar lima jam hingga arang siap dihaluskan,” imbuhnya.
Meski masih sederhana, inovasi ini dianggap selaras dengan kebijakan pemerintah kota yang mendorong pengelolaan sampah dari lingkungan rumah tangga. Teknologi kecil berbasis masyarakat ini diharapkan menjadi solusi praktis untuk mengurangi volume sampah organik yang menumpuk.
Sebagai tindak lanjut, akan ada pelatihan lanjutan di akhir bulan untuk memperdalam keterampilan warga dalam membuat briket. Diharapkan, keterampilan ini dapat menjadi kebiasaan baru dalam mengelola sampah rumah tangga, sekaligus mendukung gerakan ramah lingkungan di Kota Madiun.
(dok. Proklim Pesanggrahan/kus/madiuntoday)