Kerja Tak Bahagia Tapi Tak Berani Resign? Fenomena “Job Hugging” Sedang Terjadi di Kalangan Anak Muda



MADIUN - Beberapa tahun lalu, dunia kerja diwarnai tren job hopping. Yakni kebiasaan berpindah-pindah pekerjaan demi mencari pengalaman, posisi, atau gaji yang lebih baik. Namun kini muncul fenomena sebaliknya, job hugging.


Istilah ini menggambarkan kondisi ketika seseorang memilih bertahan di pekerjaan yang tidak membuatnya bahagia atau puas, semata-mata karena rasa aman yang ditawarkan.


Menurut Rebecca Houghton, pendiri BoldHR, banyak pekerja kini takut menghadapi ketidakstabilan pasar kerja. Setelah pandemi, banyak yang masih trauma dengan gelombang PHK, restrukturisasi, dan ancaman teknologi seperti AI yang bisa menggantikan banyak profesi.


Beberapa ahli juga menyebut, bagi Gen Z dan milenial, pilihan pekerjaan baru justru terasa lebih berisiko, baik secara finansial maupun karier. Karena itu, mereka memilih tetap di zona nyaman, walau harus menahan rasa tidak puas.


Rich Lewis-Jones, Vice President APAC SmartRecruiters, menilai fenomena ini sebagai tanda pergeseran besar dalam dunia rekrutmen. “Ketidakpastian ekonomi dan ancaman otomatisasi membuat stabilitas lebih diprioritaskan dibanding peluang baru,” ujarnya.


Fenomena serupa mulai terlihat di Indonesia. Banyak pekerja muda merasa terjebak antara keinginan untuk berubah dan ketakutan menghadapi masa depan yang tidak pasti.


Namun, memilih “memeluk” pekerjaan yang tak disukai bukan tanpa risiko. Terlalu lama bertahan di posisi yang sama membuat kesempatan belajar dan promosi semakin kecil. Akibatnya, pengembangan diri pun terhambat.


Motivasi Menurun dan Burnout. Menjalani pekerjaan tanpa rasa suka bisa menimbulkan stres, kelelahan mental, bahkan kehilangan semangat hidup. Munculnya loyalitas semu. Ketika pasar kerja membaik, pekerja yang tampak setia bisa jadi orang pertama yang hengkang mencari peluang baru.


Kerugian bagi Perusahaan. Karyawan yang “bertahan tanpa gairah” cenderung menurunkan produktivitas dan semangat tim, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.

(ws hendro/kus/madiuntoday)