Sehat Tak Hanya Soal Badan, Tapi Juga Soal Pikiran, Yuk Peduli Kesehatan Mental
MADIUN – Hidup di era modern memang penuh tantangan. Tekanan ekonomi, urusan sosial, hingga perubahan lingkungan sering kali membuat banyak orang merasa tertekan. Tak heran, masalah kesehatan jiwa kini menjadi isu yang semakin penting untuk diperhatikan.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan angka gangguan jiwa berat di Indonesia meningkat cukup signifikan. Dari 1,7 permil menjadi 7 permil. Artinya, dalam setiap seribu rumah tangga, ada sekitar tujuh keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan jiwa. Sementara gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas juga naik dari 6 persen menjadi 9,8 persen.
Kondisi serupa turut tercermin di Kota Madiun. Hingga saat ini, terdapat 300-400 orang dengan gangguan jiwa. Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PP&KB) Kota Madiun dr. Denik Wuryani menegaskan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian penting dari kesejahteraan manusia. Menurutnya, seseorang baru bisa dikatakan sehat jika tubuh, pikiran, dan perasaannya berada dalam keseimbangan. Hal itu disampaikan dr Denik pada waktu kegiatan Pengarahan Jambore Kesehatan Jiwa Tahun 2025 di Gedung Diklat Kota Madiun, Rabu (29/10).
“Kesehatan jiwa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Setiap individu perlu mencapai keseimbangan antara pikiran, perasaan, dan perilaku agar dapat berfungsi optimal, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial,” jelas dr. Denik.
Dia menambahkan penyebab gangguan jiwa bisa datang dari berbagai hal. Mulai dari tekanan ekonomi, masalah percintaan, hingga lingkungan sosial yang tidak mendukung. Karena itu, Pemkot Madiun melalui Dinkes PP&KB terus memperkuat langkah promotif dan preventif. Seperti menyediakan layanan cek kesehatan gratis dan skrining kesehatan jiwa di berbagai kegiatan masyarakat.
Jika ditemukan kasus berat, pemerintah memiliki tim pendamping yang siap turun ke lapangan untuk melakukan kunjungan dan rujukan ke rumah sakit. Sedangkan bagi penderita yang sudah stabil peran keluarga menjadi sangat penting untuk menjaga agar kondisi mereka tetap baik
Meski berbagai upaya telah dilakukan, stigma negatif terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) masih menjadi tantangan besar. Banyak penderita yang dikucilkan dan tidak diberi kesempatan untuk berinteraksi. Hal ini, menurut dr. Denik, justru memperburuk kondisi mereka.
“Kami berharap masyarakat bisa lebih terbuka dan peduli. Dukungan sosial sangat penting agar mereka bisa kembali produktif dan diterima di lingkungan dan juga kesehatan mental bukan hanya tanggung jawab tenaga medis, tetapi juga tanggung jawab kita bersama. Dengan lingkungan yang saling peduli dan masyarakat yang inklusif, diharapkan dapat meminimalisir terjadinya gangguan mental,” pungkasnya. (bip/rat/agi/madiuntoday)