Inovasi Cerdas Siswa SMA Negeri 2 Madiun, Ciptakan Purifier Tenaga Pijakan dan Surya, Raih Juara 2 Lomba Sains Internasional



MADIUN – Ide sederhana bisa melahirkan prestasi luar biasa. Tiga pelajar SMA Negeri 2 Madiun membuktikannya lewat inovasi alat penyaring udara bertenaga pijakan dan panel surya. Terobosan itu sukses mengantarkan mereka meraih juara 2 di ajang sains internasional di Malaysia. Mereka adalah Muhammad Wilman Hakim, Raditya Mierza Pandudewata, dan Joanna Callysta Meidy.


Kompetisi yang mereka ikuti bertajuk International Invention & Innovative Competition (InIIC) Malaysia 2025. Kegiatan itu digelar secara daring dan melibatkan ribuan peserta dari berbagai negara di Asia. Karya mereka diberi nama PUSTARA, singkatan dari Purifier System with Solar and Piezoelectricity for Air-quality based IoT-Sensor for Smart City to realize SDGs 5.0.


“Ide awalnya muncul karena kami ingin membuat alat penyaring udara yang bisa bekerja mandiri dan murah. Awalnya iseng mencari lomba, lalu muncul gagasan ini setelah melihat aktivitas pabrik di Kota Madiun. Sebagai kota industri, kami merasa penting menciptakan alat penyaring udara yang efisien,’’ terang Muhammad Wilman Hakim.


Wilman menambahkan, alat PUSTARA mampu menyaring udara kotor secara otomatis ketika tingkat polusi meningkat. Tak hanya itu, alat ini juga dilengkapi sistem pemantauan kualitas udara berbasis ponsel. Menariknya, sumber energinya cukup dari pijakan kaki (piezoelectric) dan panel surya. Konsep alat ini memang berada di lokasi yang banyak dilewati pejalan kaki. Harapannya, saat baterai tak terisi maksimal dari sinar matahari, alat tetap bisa bekerja maksimal. Alat khusus pun dipasang agar dipijak pejalan kaki yang lewat. Dari pijakan itu diubah sebagai energi untuk mengisi baterai. Tak heran, ramah lingkungan dan hemat energi. 


Wilman dan tim mengaku, tantangan terbesar dalam perlombaan ini adalah sistem pemrograman. Sebab, alat harus mampu melakukan pemantauan kualitas udara secara langsung dan hasilnya dikirim ke ponsel. Meski demikian, mereka berhasil menyelesaikannya dengan baik. Ke depan, mereka berencana mengembangkan alat ini agar bisa diterapkan di beberapa titik di Kota Madiun. Seperti di kawasan Pahlawan Street Center (PSC) dan Pabrik Gula Redjo Agung yang memiliki aktivitas padat.


“Ke depan kami ingin melakukan evaluasi dan pengembangan desain agar alat ini lebih efisien. Harapannya, PUSTARA bisa benar-benar digunakan di Kota Madiun untuk membantu mengurangi polusi udara dan menjadi kebanggaan daerah,” lanjut Wilman.


Wilman mengaku ini merupakan keikutsertaan kali pertama. Perjalanan ketiganya menuju podium internasional juga tidak mudah. Ketiganya harus melalui tahapan seleksi yang ketat dalam waktu persiapan yang sangat singkat. Kala itu hanya satu minggu. Dalam waktu tersebut, mereka menyiapkan konsep alat, menyusun abstrak proyek, membuat video presentasi, hingga mempresentasikan karya dalam bahasa Inggris. Kerja keras itu berbuah manis dengan diraihnya medali perak untuk Indonesia.


Keberhasilan tiga siswa SMA Negeri 2 Madiun ini menjadi bukti bahwa kreativitas dan semangat inovasi generasi muda Indonesia mampu bersaing di kancah internasional. Melalui karya ini, mereka tidak hanya menghadirkan solusi cerdas bagi lingkungan, tetapi juga mengharumkan nama Kota Madiun di tingkat dunia. (istimewa/rat/agi/madiuntoday)