Lahir Kala Pandemi, Usaha Leather Pasutri Asal Kelurahan Winongo Laku Hingga Jerman




MADIUN - Pandemi tak hanya menghadirkan duka, namun juga mampu melahirkan berjuta ide kreatif agar bisa bertahan menghasilkan cuan. Itulah yang dialami Hafidz Hazanul Azmi. Bersama istrinya Ariyanti Kurnia Dewi, warga Kelurahan Winongo itu sukses membuka peluang usaha baru. 


Usaha barunya itu di bidang industri manufaktur kulit. Yakni mengolah kulit sapi menjadi berbagai produk yang memiliki nilai jual atau yang biasa disebut leather. Produk yang dijual mulai dari card holder, merchandise, dompet, pouch, hingga produk custom. 


“Sebelumnya saya kerja jadi karyawan di Papua. Lalu pandemi, saya pulang ke Kota Madiun lalu nekat untuk buka usaha baru disini. Semuanya belajar otodidak,” aku Hafidz. 


Berbekal latar belakang keluarga besar yang memiliki usaha di bidang kerajinan kulit, dirinya mantap merintis usaha leather bersama istri. Mulai dari proses penyamakan kulit, desain, hingga menjahit semua dikerjakannya berdua bersama sang istri. 


“Pemasaran full kita online. Belajar digital marketing juga otodidak. Alhamdulillah dari sana banyak yang tahu usaha kita,” ungkapnya sembari mengatakan saat ini tengah menyelesaikan pesanan untuk dikirim ke Jerman. 


Tak ada usaha tanpa tantangan. Hafidz mengaku dalam usahanya ini tantangannya ada di banyaknya kompetitor di bidang usaha yang dilakoninya. Terutama para pemain yang berasal dari kota-kota besar. 


“Makannya mau tidak mau kita harus putar otak untuk tetap kreatif dan menghasilkan produk yang unik. Salah satunya ini saya buat produk dompet kulit ecoprint,” terangnya. 


Berkat keuletan dan konsistensinya dalam membuat produk, kini produk leather milik pasutri ini bisa menghasilkan omset belasan juta tiap bulannya. Juga sudah memiliki pelanggan tetap yang ada di Medan dan Magetan. 


“Kuncinya konsisten dan mau terus untuk belajar hal baru agar produk semakin inovatif dan banyak peminat,” tutupnya. 

(kus/madiuntoday)