Meski Fisik Tak Sempurna, Hari Widodo Malah Punya Banyak Keterampilan dan Usaha




MADIUN – Kaki kiri Hari Widodo memang tak tumbuh sebagaimana mestinya. Warga Jalan Adas Pulowaras Kelurahan Ngegong itu pernah terjangkit polio di waktu kecil. Hal itu menyebabkan kaki kirinya lebih kecil dari kaki kanan. Karenanya, untuk berjalanpun susah. Meski begitu, Hari bukan orang yang pasrah dengan keadaan. Sebaliknya, pria 54 tahun itu malah punya banyak keterampilan dan usaha. 


‘’Kalau yang melukis dan buat wayang sudah sejak kecil, belajar secara otodidak. Kalau membatiknya baru setelah dapat pelatihan dari kelurahan maupun dinas,’’ kata Hari Widodo, Jumat (20/1).


Hari memang punya banyak keterampilan. Mulai melukis, membuat wayang berbahan kertas dan kain perca, keterampilan salon, dan juga membatik. Selain itu, dia juga memiliki usaha angkringan. Usaha angkringan lebih untuk mengisi waktu kala malam. Bapak dua anak itu memang ulet. Sejumlah keterampilan itu didapat secara otodidak. Kecuali keterampilan salon dan batik. Pun, semua usahanya jalan biarpun kecil-kecilan. Seperti permintaan kain batik, kaus lukis, dan juga wayang kertas tersebut. 


‘’Ini ada pesanan dari kelurahan untuk baju batik RT/RW. Di kelurahan sini ada tiga pembatik. Saya kebagian 24 kain,’’ ujar bapak dua anak itu.


Hari tidak pernah menyesali kondisi fisiknya itu. Pun, dari delapan saudara kandungnya, hanya dirinya yang memiliki kekurangan fisik. Dia pun pernah menanyakan awal mula kondisinya itu kepada orang tuanya. Menurut orang tuanya, kejadian itu bermula saat dirinya berusia 1 tahun dan pernah terjatuh dari ranjang. Setelah itu, kondisinya malah demam. Setelah dibawa berobat baru diketahui kalau dirinya terkena polio dan berdampak pada kaki sebelah kiri. 


‘’Mulai sejak saat itu, pertumbuhan kaki kiri saya kurang sempurna. Saya juga lambat berjalan. Sampai usia 9 tahun saya belum bisa berjalan,’’ jelasnya. 


Namun, tekadnya untuk mengenyam pendidikan luar biasa. Hari kecil pun masuk SD biarpun usianya terlambat. Dia masuk kelas satu saat sudah berusia 9 tahun. Pun, untuk sekolah harus digendong. Seiring berjalannya waktu, dia mulai bisa berjalan. Mulai dibantu pakai tongkat sampai tanpa alat bantu. Rutinitas ke sekolah dengan berjalan kaki itu dia jalani sampai tingkat menengah atas. Jarak tempat tinggalnya ke SD sekitar 1 kilometer. Sedang, jarak ke SMP dan SMA sekitar 2 kilometer.


‘’Kemana-mana ya jalan kaki, karena naik sepeda juga tidak bisa. Tapi, teman-teman sekolah dulu banyak yang membantu. Sesekali ada yang mengantar,’’ ungkapnya. 


Selepas menamatkan sekolah, Hari langsung merantau ke Surabaya. Dia bekerja dan sempat melanjutkan kuliah meski hanya bertahan dua tahun. Dia lantas balik lagi ke Kota Madiun dan sempat kursus salon pada 1994. Itu kursus pertama yang diikutinya. Pun, dengan biaya pribadi. Usai kursus Hari kembali ke Surabaya dan membuka salon. Tidak hanya potong rambut, dia juga bisa semir, rebonding, dan lainnya. Pun, dia mendapatkan jodoh di Kota Pahlawan itu. 


‘’Setelah itu, saya balik lagi ke Kota Madiun pada 2014 lalu dan membuka salon di sini. Sambilannya, melukis dan buat wayang,’’ terangnya. 


Baru di 2017 dirinya mendapat informasi soal pelatihan membatik di kelurahan. Hari mulai banyak mendapat pelatihan dan pendampingan dari Pemerintah Kota Madiun sejak bergabung dalam Persatuan Penyandang Disabilitas Kota Madiun (PPDKM) di bawah naungan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kota Madiun. Selain pelatihan membatik dengan berbagai tekniknya, dia juga mendapat pelatihan pembuatan telur asin dan lain sebagainya. 


‘’Saya bersyukur memang banyak perhatian pemerintah (Kota Madiun) khususnya beberapa tahun belakangan ini. Baik dari Dinas Sosial, juga dinas lainnya. Jadi kami merasa diperhatikan,’’ akunya. 


Produk-produk Hari juga sering ikut pameran yang difasilitasi Dinsos PP dan PA. Seperti pameran di Surabaya dan Temanggung saat Hari Disabilitas International (HDI). Mulai dari lukisan, wayang kain perca, batik, dan beragam produk dari lukisan seperti kaus lukis, jilbab lukis, dan lain sebagainya. 


‘’Kekurangan fisik memang membuat minder, saya pun juga. Tetapi tinggal bagaimana kita menyikapi itu. Hanya meratapi atau terus mengasah diri untuk menutupi kekurangan itu,’’ pungkasnya. (wanda/agi/madiuntoday)