Mengenal Wedang Slendro Khas Gaguk Suratno, Minuman Penghangat Badan di Kala Penghujan




MADIUN – Wedang ronde memang sudah cukup dikenal. Yap, minuman tersebut cukup banyak digemari kala musim penghujan seperti saat ini. Begitu juga dengan wedang angsle. Minuman yang satu ini mirip dengan wedang cemoe namun dengan isian lebih lengkap. Nah, apa jadinya ya kalau kedua minuman itu digabung. Dari kombinasi keduanya itu muncul minuman baru yang tak kalah lezat. Oleh pembuatnya minuman itu diberi nama wedang slendro. 


‘’Wedang Slendro itu bukan khas daerah mana-mana. Tapi hasil eksperimen sendiri. Diberi nama slendro yang merupakan gabungan dari angsle dan ronde,’’ kata Gaguk Suratno, pemilik warung wedang slendro di Jalan Mayjend Sungkono 5B itu, Senin (30/1).


Gaguk pada awalnya hanya memiliki dua menu. Yakni, angsle dan ronde. Angsle merupakan minuman khas Malang. Bekuah santan mirip seperti cemoe. Namun, isiannya cukup lengkap. Yakni, roti, pentolo, kacang ijo, dan ketan. Sedang, minuman ronde berisi ronde atau bulatan gula dan kacang, agar-agar, kolang-kaling, dan kacang. Sedang, kuahnya merupakan kuah jahe. 


Gaguk menambahkan munculnya slendro ini lantaran permintaan pelanggannya. Ada pelanggan yang suka angsle tapi takut kolesterol karena berkuah santan. Sebaliknya, ada juga yang suka ronde tapi g suka pedas kuah jahenya. 


‘’Dari situ, kemudian saya tawarkan untuk mix. Isian dan kuahnya saya kombinasikan. Ternyata banyak yang suka,’’ ungkapnya. 


Slendro made in Gaguk pada awalnya merupakan minuman angsle yang ditambah kuah ronde. Namun seiring waktu, kombinasinya cukup beragam mengikuti permintaan pelanggan. Artinya, pelanggan boleh memilih isian yang disuka. Begitu juga dengan porsi kuah ronde dan angslenya. 


‘’Jadi yang suka agak pedas, kuah jahenya lebih banyak. Kalau cuma ingin ada hangat-hangatnya ya kuah angslenya yang dibanyakin,’’ jelasnya. 


Warung wedang slendro Gaguk biasa buka mulai pukul 18.00 sampai 23.00. Pelanggannya juga dari berbagai daerah sekitar. Seperti, Magetan, Pagotan, Dolopo, Kare, hingga Dumpil. Dalam sekali semalam, dia biasanya menghabiskan 200 porsi. Selain minuman, di warungnya juga terdapat berbagai macam jajanan. Seperti, gorengan, mie, intip jadah, onde-onde, dan wajik. 


‘’Dulu saya pernah dagang soto di Malang, kebetulan istri orang sana. Di kawasan tempat tinggal saya dulu di sana merupakan sentra minuman angsle. Jadi sedikit banyak tahu. Setelah pulang ke sini, saya buka warung ini,’’ pungkasnya sembari menyebut mulai buka sejak 2009 silam. (rams/agi/madiuntoday).