Warisan Budaya Tak Benda



Ruang Satu 

Kota kita memang kaya akan budaya. Baik yang berwujud maupun budaya tak benda. Ini merupakan potensi luar biasa. Harus dimaksimalkan atau hilang ditelan zaman. Sudah banyak kasus seperti itu. Klaim sepihak dari pihak lain. Kita sering berurusan dengan negara Malaysia terkait itu. Kesenian Reog misalnya. Itu karena belum adanya pengakuan secara resmi. Pemerintah sudah mengusulkan pengukuhan itu ke Unesco. Namun belum ada kelanjutannya. 

Kita tentu tidak ingin kejadian itu terus berulang. Karenanya, khazanah budaya milik kota kita juga harus dikukuhkan. Seperti halnya kuliner Pecel Madiun. Alhamdulillah, kuliner khas kota kita itu telah menjadi warisan budaya tak benda di tanah air. Hal itu dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, bapak Nadiem Anwar Makarim. Melalui sertifikat bernomor 2194/F4/KB.09.06/2022 tertanggal 21 Oktober 2022 lalu itu, Pecel Madiun tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. 

Ini tentu membuat lega. Pecel kita memang sudah cukup dikenal luas. Tetapi dengan pengakuan dari Kemendikbud ini akan semakin menguatkan kota kita akan kuliner khas pecelnya. Sertifikat kemudian saya diserahkan kepada Ketua Dekranasda Kota Madiun, Ibu Yuni Setyawati Maidi. Saya serahkan bertepatan dengan pembukaan Festival Pecel Pincuk 2023 di Pahlawan Bisnis Center (PBC) Kota Madiun, Minggu (23/4) kemarin. Memang baru saya serahkan sekarang biar momentumnya pas. Yakni, bertepatan dengan event besar. Event tahunan untuk meramaikan libur lebaran. Memang kita gelar festival pecel setiap libur lebaran untuk menyambut wisatawan. Biar yang ingin makan pecel mudah mencarinya. 

Pecel sudah seharusnya menjadi warisan budaya tak benda. Karena memang merupakan warisan dari nenek moyang kita dulu. Dari literasi yang saya baca, pecel sudah menjadi makanan khas daerah Mataraman. Khususnya wilayah yang pernah dikuasai Panembahan Senopati. Hal itu dibuktikan dalam catatan yang berjudul Kakawin Ramayana dan juga tercantum dalam naskah Babat Tanah Jawi yang ditulis pada 1700an. Di era Bupati Ronggo Jumeno, pecel merupakan makanan yang paling bergizi.

Bahkan pada era kemerdekaan pecel kita menjadi primadona. Pecel kerap dijadikan santapan pasukan republik saat era revolusi. Salah satunya, pada tahun 1948 Divisi Siliwangi yang datang ke Madiun dan kebetulan menginap selalu dihidangkan nasi Pecel Madiun oleh masyarakat kita. Artinya, pecel ini bukan sekedar makanan baru. Ini merupakan makanan lama dengan resep yang sudah turun-temurun. Saya senang masyarakat kita masih melestarikan budaya tak benda ini. Salah satunya dengan selalu menyuguhkan menu nasi pecel dalam setiap kegiatan.

Menu pecel ada di pesta hajatan. Ada juga saat orang punya gawe bangun rumah. Nasi pecel nyaris selalu jadi menu utamanya. Nasi pecel ini juga sangat mudah dijumpai di Kota Madiun. Bisa ditemukan 24 jam. Ada penjual yang bukanya pagi sampai siang. Ada juga yang buka siang sampai malam. Bahkan, ada yang baru mulai buka pukul 12 malam sampai pagi datang. Tak salah pecel ini juga menjadi julukan kota kita. 

Semangat melestarikan pecel ini juga yang tengah saya lakukan. Kita tahu ada banyak warung pecel di kota kita. Namun, saya rasa ini perlu diperbanyak lagi. Khususnya dalam menyambut musim libur lebaran ini. Festival Pecel Pincuk yang mulai kita buka Minggu kemarin salah satunya. Festival pecel di PBC itu memang untuk menyambut wisatawan yang datang. Saya optimis ada banyak tamu yang mungkin kangen dengan pecel kita. Namun, tidak semuanya paham tentang Kota Madiun. Tidak semuanya mengetahui lokasi warung-warung pecel. 

Memang bisa dicari melalui bantuan aplikasi. Namun, belum tentu pas buka saat didatangi. Kalaupun buka bisa jadi harus mengantri. Nah, saya tidak ingin tamu-tamu kita kecewa. Kita harus melayani tamu-tamu yang datang ini dengan baik. Karenanya, kita dekatkan kuliner pecel ini kepada mereka. Biar mereka tidak repot mencari atau harus antri. Menu yang disajikan bukan sembarangan. Sengaja saya minta potensi terbaik di kelurahan-kelurahan dalam festival ini. Ada 12 stan pecel. Beberapa lainnya stan produk UMKM. Biar makin lengkap kita tambah hiburan musik setiap harinya. Festival ini kita buka sampai 29 April mendatang. 

Kalau ada yang ingin sedikit menepi, juga kita siapkan gerai nasi pecel di Gedung Dekranasda Kota Madiun. Keberadaan gerai juga baru saja saya resmikan beberapa waktu lalu. Di sana juga ada menu Pecel Madiun dan juga produk UMKM. Ini juga untuk mempermudah wisatawan yang ingin berburu kuliner dan makanan-minuman khas Kota Madiun. Pecel tidak boleh terlupakan. Pecel tidak boleh hilang ditelan zaman. 

Kita dulu punya minuman khas yang sudah tidak diketahui lagi keberadaannya kini. Namanya, tape kambang. Ini merupakan minuman khas Kota Madiun. Namun, sudah tidak ada lagi yang menjualnya. Padahal waktu saya sekolah dulu, minuman ini cukup mudah dijumpai. Biasanya juga beserta jajanan-jajanan. Karenanya, saya ingin menghidupkannya kembali. Saya ingin minuman ini bisa kembali eksis. Bisa semakin melengkapi khazanah kuliner kota kita. Khususnya menjadi pendamping Pecel Madiun tadi. Saya optimis tape kambang bisa menjadi daya tarik tersendiri wisatawan untuk ke Kota Pendekar.


Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd