Bukan Heat Wave, BMKG Sebut Cuaca Panas Di Indonesia Akibat Gerak Semu Matahari




MADIUN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi bahwa Mei menjadi awal musim kemarau 2024 di sejumlah wilayah Indonesia. Karenanya, suhu udara mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun pada beberapa hari terakhir, khususnya di Kota Madiun, terik matahari terasa lebih menyengat dari biasanya.

Peristiwa tersebut, menurut BMKG, merupakan akibat dari gerak semu matahari. Yakni, gerak bayangan yang terjadi akibat Bumi berotasi. Akibatnya, akan muncul penampakan seolah-olah Matahari bergerak dari arah timur ke barat. Hal inipun merupakan siklus yang sudah biasa terjadi setiap tahun.

"Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," ujar Ketua Tim Meteorologi BMKG Juanda, Shanas Prayuda sebagaimana dilansir dari Kompas.com.

Selain itu, lanjut dia, wilayah Jatim sekarang juga tengah mengalami pancaroba atau pergantian dari musim hujan ke musim kemarau. Dengan begitu, beberapa daerah tidak tertutup awan. "Hal tersebut menyebabkan penyinaran matahari ke permukaan bumi akan terjadi secara maksimal akibat tidak adanya tutupan awan," imbuhnya.

Lebih lanjut, Shanas memastikan bahwa cuaca panas di Jawa Timur tidak ada hubungannya dengan gelombang panas atau heat wave.

Adapun heat wave terjadi akibat udara panas yang terperangkap di suatu wilayah sebagai dampak dari anomali dinamika atmosfer. Kondisi dikatakan heat wave jika periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa ini berlangsung lima hari berturut-turut.

Shanas menyebut, sejumlah daerah yang beresiko dilanda heat have adalah wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, kemudian di belahan bumi bagian utara dan selatan. Selain itu, sejumlah daerah yang wilayah geografisnya memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar dan wilayah kontinental atau sub-kontinental.

"Udara panas yang terjadi di Jatim belakangan, jika ditinjau secara karakteristik fenomena maupun indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk ke dalam kategori gelombang panas," tandasnya. (WS Hendro/irs/madiuntoday)