Kerja Keras yang Terbalas



Ruang Satu 

Tidak ada kerja keras yang tak terbalas. Saya percaya itu. Siapa yang bekerja keras pasti akan mendapatkan hasilnya suatu saat. Setidaknya itu yang juga kota kita rasakan. Kota kita mendapatkan kucuran anggaran tambahan dari pemerintah pusat untuk penanganan inflasi ini. Tidak semua daerah mendapat anggaran ini. Pun, besaran yang didapat tiap daerah tidaklah sama. Ada kriteria penilaian tertentu untuk menentukan besaran yang didapat. Tentu saja butuh upaya keras untuk mencapai kriteria penilaian yang dimaksud.

Di Jawa Timur hanya ada sepuluh daerah yang mendapatkan anggaran tambahan dari pos Dana Insentif Daerah (DID) itu. Itu diumukan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 140 tahun 2022 ini. Sepuluh daerah itu sudah termasuk Pemprov Jawa Timur. Kota kita mendapatkan anggaran Rp 8,6 miliar lebih. Delapan daerah lainnya yakni Kota Blitar, Kota Surabaya, Kota Kediri, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Jember.

Anggaran tersebut merupakan penghargaan kinerja atas tahun berjalan. Nah, sepuluh daerah di Jawa Timur di atas dinilai berkinerja apik. Tak terkecuali kota kita, Kota Madiun. Kinerja yang dimaksud juga tertuang dalam PMK tersebut. Mulai, penggunaan produk dalam negeri (PDN), percepatan belanja daerah, percepatan pelaksanaan vaksinasi Covid-19, dukungan belanja daerah terhadap penurunan kemiskinan, pengangguran, dan stunting, juga penurunan inflasi. Kota kita cukup baik dalam pemenuhan kriteria kinerja yang dimaksud Kementerian Keuangan tersebut. 

Seperti diketahui, di kota kita memang getol mengedepankan penggunaan produk lokal. Hadirnya Lapak UMKM di tiap kelurahan salah satu wujud dukungan nyata pemerintah akan penggunaan produk lokal. Saya juga selalu menekankan kepada masyarakat maupun ASN untuk selalu menggunakan produk lokal dalam berbagai kegiatan. Salah satunya, makanan dan minuman. Mamin untuk kegiatan tidak boleh keluar dari kelurahan lokasi kegiatan. Kalaupun tidak ada, baru melangkah ke kelurahan tetangga. Prinsipnya jangan sampai keluar Kota Madiun. Mamin untuk kegiatan sebisa mungkin kita penuhi dari dalam kota sendiri. 

Tidak hanya mamin. Urusan pembangunan juga sebisa mungkin mengedepankan produk lokal. Seperti kebutuhan bollard di pedestrian dan rencana pavingisasi massal tahun ini. Saya sempatkan untuk mengunjungi tempat produksinya beberapa waktu lalu. Produksi bollard ada di Kelurahan Demangan. Sedang, paving ada di Kelurahan Manisrejo salah satunya. Memang produksi lokal belum mencukupi kebutuhan. Karenanya, sisanya diambilkan dari daerah lain. Tetapi paling tidak kita tidak meninggalkan produk lokal masyarakat. Karenanya, penggunaan PDN cukup tinggi di Kota Madiun. 

Urusan pembangunan di Kota Madiun juga cepat. Kita tahu nyaris semua pembangunan fisik lebih cepat dari jadwal yang direncakan. Salah satunya, pembangunan sentra kuliner Rimba Darma yang sampai minggu kemarin sudah mencapai 94,38 persen. Padahal, kalau mengacu progres rencana masih di 71,52 persen. Artinya, pekerjaan sentar kuliner tahap tiga itu sudah surplus sekitar 22 persen. Pekerjaan diprediksi rampung dalam satu dua minggu ke depan. Cepatnya pembangunan ini menandakan penyerapan belanja daerah di kota kita juga cepat. Semakin cepat dibelanjakan semakin cepat pula manfaatnya bisa dirasakan.

Terkait vaksinasi Covid-19 tidak perlu ditanyakan lagi. Bahkan, kota kita pernah mendapatkan penghargaan capaian vaksinasi tertinggi di Jawa Timur dari salah satu media. Vaksinasi kita tidak hanya cepat tetapi capaiannya juga tinggi melampaui daerah-daerah lain di Jawa Timur. Ini tentu berkat kerja keras kita semua. Baik petugas kesehatan maupun OPD pendukung seperti layanan internet dari Dinas Kominfo Kota Madiun. Berkat jaringan internet yang sudah sampai di tingkat RT tersebut, vaksinasi bisa dilakukan dimana dan kapan saja. 

Begitu juga terkait penekanan angka kemiskinan, pengangguran, stunting, dan inflasi daerah. Angka kemiskinan kita turun. Juga pengangguran. Stunting apalagi. Stunting kita di angka stunting 12,4 persen atau sebanyak 562 bayi. Sedang, target pemerintah pusat di angka 24,4 persen. Pemerintah pusat berencana menurunkan prevalensi stunting tersebut menjadi 14 persen pada 2024 mendatang. Meski begitu, angka stunting di kota kita masih di bawah target pusat tersebut.

Saya selalu menekankan kepada ASN Pemkot Madiun untuk bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Saya percaya tidak ada kerja keras yang tak berbalas. Tambahan DID itu salah satunya. Di saat kita berperang melawan inflasi akibat kenaikan harga BBM, ada tambahan amunisi. 

Anggaran itu akan kita gunakan untuk Bantuan Langsung Tunai Daerah (BLTD), pengendalian harga dan stok barang kebutuhan, dan juga bantuan bibit tanaman serta pembangunan sumur pompa. BLTD dari DID ini dialokasikan sebesar Rp 1,9 miliar lebih dengan jumlah penerima sebanyak 3.247 sasaran. Sedang, untuk kegiatan pengendalian harga dan stok barang kebutuhan dialokasikan Rp 6,5 miliar lebih. Terakhir, untuk bantuan bibit dan pembuatan sumur pompa diaoliasikan sebesar Rp 374 juta lebih. Mungkin nanti aka nada 20 ribu bibit tanaman dan lima paket sumur pompa dari besaran alokasi tersebut. 


Penulis adalah Walikota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd