Ruang Satu: Tambah Nuansa Religi
Kota
kita memang bukan kota wali. Juga bukan kota santri. Tetapi bukan berarti tidak
religius. Nuansa religi kita hidupkan di kota kita. Kita punya tempat-tempat
yang religius. Salah satunya musala Ka’bah. Ya, kawasan sumber umis barat
memang kita ubah menjadi tempat religius. Dulu cuma ada Musala miniatur Ka’bah.
Sebentar lagi kita resmikan. Namanya, Pahlawan Religi Center (PRC). Rencananya,
27 mendatang dan diresmikan pak menteri. Semoga saja bisa datang. Bisa ikut
terlibat dalam salah satu momentum bersejarah kota kita.
Bersejarah,
karena ini salah satu perubahan besar. Bayangkan, bagaimana kondisi tempat itu
dulu. Sumber umis merupakan tempat parkir. Bawahnya ada sungai. Kotor. Di sisi
baratnya, hanya terlihat sungai dengan semak belukar di kanan-kirinya. Siapa sangka
kawasan itu bisa jadi seperti sekarang. Dari yang dulu kotor dan sumber
penyakit jadi lebih menarik. Pembangunan memang bertahap tetapi perubahannya kini
mulai terlihat. Untuk tahap ini, pekerjaan sudah selesai. Tinggal tunggu peresmian.
Tahun depan, kita lanjutkan. Kita sempurnakan.
Seperti
yang sering saya katakan, kawasan PRC itu tembus ke Jalan Pandan. Di titik itu
ada tempat untuk lempar Jumroh. Kemudian ke utara sampai ke Jalan Ahmad Yani
dan kembali lagi ke Jalan Pahlawan. Jadi memutar melewati Rumah Tahanan Militer
(RTM) dan Gereja. RTM sudah kita ajukan untuk renovasi. Kita sudah
berkoordinasi dengan TNI. Kawasan itu kita kembalikan seperti era kolonial. Rencananya
ada kafe yang juga serba era kolonial. Semua kawasan memang kita optimalkan.
Kembali
ke PRC, kawasan itu akan menjadi pusat tempat religi kota kita. Menjadi ikon
baru yang unik lagi menarik. Kawasan kita buat semirip mungkin dengan aslinya. Termasuk
payung peneduh seperti di Masjid Nabawi di Madinah. Tak heran, kalau kemudian
kita sebut wisata Mekkah-Madinah-Madiun. Tidak hanya itu, nantinya juga kita
tambah Pohon Kurma di sekitar lokasi. Sehingga, akan semakin memberikan daya
tarik bagi wisatawan. Kawasan yang dulunya kumuh dan sarang penyakit kini jadi
tempat bernuansa religi.
Bukan
hanya untuk wisata. Tetapi juga sarana edukasi. Kegiatan manasik haji nantinya
juga akan digelar PRC tersebut. Sehingga, memberikan gambaran bagi calon jamaah
haji maupun umroh tentang keadaan di Arab Saudi. Selain itu, parade Da'i Cilik
juga akan digelar setelah PRC diresmikan. Tak tanggung-tanggung, 104 da'i cilik
disiapkan untuk mengisi tausiyah secara bergantian. Itu bukan da’i dadakan. Tetapi
sudah merupakan da’i pilihan dari gelaran lomba sebelumnya.
Kita
memang menggelar lomba da’i sebelumnya. Satu sekolah paling tidak mengirimkan
satu da’i putra dan putri. Guru Agama masing-masing sekolah penanggung
jawabnya. Mulai memilih siswanya, melatih, hingga mendampingi saat berlomba dan
setelahnya. Dari kegiatan tersebut terjaring 104 da’i jempolan. Angka 104
sesuai dengan Hari Jadi kota kita tahun ini. Mereka akan meramaikan kawasan PRC
ke depan. Siapa tahun bisa menjadi da’i kondang sungguhan.
Mewujudkan
nuansa religius memang tidak cukup hanya dari fisik. Tetapi juga SDM. Karenanya,
peningkatan SDM ini tidak kita tinggalkan. Terus kita tingkatkan. Mencetak
generasi berkarakter memang tidak cukup dengan pendidikan akademik. Tetapi juga
harus ada sentuhan keagamaan. Tentu saja sentuhan agama sesuai keyakinan masing-masing.
Karena pada dasarnya semua agama mengajarkan kebaikan. Menjadikan manusia yang
berkarakter. Karenanya, tempat religius di Kota Madiun bukan hanya yang
berkaitan dengan Agama Islam. Tetapi juga agama lainnya.
Kita
juga punya tempat peribadatan dalam satu kawasan. Seperti di tempat peribadatan
Puja Mandala di Badung, Bali. Tentu tidak sebesar sana. Tempatnya juga ada di
Sumber Umis sisi barat. Tepatnya sebelah barat Musala Ka’bah itu yang sisi
selatan. Ada lima tempat peribadatan yang berjajar berdampingan. Kecil, tetapi
bisa untuk beribadah. Mulai Islam, Budha, Kristen Katolik, Kristen Protestan,
dan Hindu. Itu juga sekaligus media pembelajaran. Mengingatkan kita akan
toleransi dan kerukunan. Itu harus kita jaga dan kita tingkatkan. Demi kota
kita yang lebih maju dan religius ke depan.
Penulis
adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd