WBR Lagi
Ruang Satu
WBR kembali bergulir lagi. Saya bisa mengunjungi warga kurang mampu lagi. Setiap pemimpin biasa mendatangi warganya. Tapi ini beda. Giat Wali Kota Bersama Rakyat ini bukan sekedar menjumpai warga. Tapi juga bercengkrama, berdialog, sampai menginap. Jadi saya bisa melihat lebih jauh, mendengar lebih dalam, dan mengambil kebijakan lebih tepat. Saya memang tidak suka dibalik meja. Saya lebih suka di lapangan. Di lokasi dimana masalah itu ada. Biarpun tengah banyak pekerjaan. Saya bawa ketempat itu. Saya kerjakan di sana. Biarpun dengan kondisi seadanya. Tak masalah. Yang terpenting semua teratasi.
Sabtu (26/11) kemarin, saya mengunjungi rumah warga di Manguharjo. Kebetulan WBR-nya ada di sana. Sebelum acara inti saya sudah mengunjungi rumah bu Kasiyem di Jalan Maleo. Memberikan bantuan dan lainnya. Setelah itu bertatap muka dengan masyarakat di Lapangan Lo Duwur. Perwakilan tiap kelurahan di Kecamatan Manguharjo kita kumpulkan di sana. Kita berdialog lama. Selalu saya minta warga yang paling sepuh untuk berbicara. Saya minta bercerita tentang rahasia panjang umur. Kita yang muda-muda biar mencontohnya.
Dari sekian banyak warga sepuh itu, ada kemiripan dalam menjalani hidup. Mereka tidak neko-neko. Terutama soal makanan. Makan tidak yang aneh-aneh. Seadanya. Perbanyak sayuran. Pokoknya yang alami. Yang sudah disediakan alam. Kedua, istirahat yang cukup. Tidak pernah begadang. Jam 21.00 sudah mulai istirahat. Jam 03.00 sudah bangun untuk ibadah. Yang tak kalah penting, terkait pikiran. Mereka kebanyakan tidak banyak keinginan. Tidak banyak mengurusi orang lain. Menjalani hidup dengan apa yang mereka punya. Pokoknya, jauhi penyakit-penyakit hati. Selain itu selalu berbuat baik dengan sama. Tidak pelit dalam berbagi biarpun bukan dari kalangan berada. Karena konsep berbagi sebenarnya bukan sebatas harta-benda.
Setelah acara saya kembali ke rumah itu lagi. Sebenarnya masih ada pekerjaan lain. Tetapi karena sudah berjanji untuk kembali, saya harus tepati. Pekerjaannya yang saya bawa ke rumah bu Kasiyem. Saya minta dibawakan laptop beserta materi-materinya. Saya memang perlu itu. Saya harus mempersiapkan diri dan materi. Ada seminar nasional. Kebetukan saya diminta jadi pembicaranya. Tentu tidak bisa seadanya. Yang penting tampil. Tidak seperti itu. Vini, Vidi, Vici. Saya datang, saya lihat, dan saya menang. Seminar tersebut harus sukses. Ini bukan hanya untuk diri saya. Tetapi juga kota kita tercinta.
Apalagi, ini terkait smart city. Ya, Kota Madiun memang satu dari 100 daerah pilot project smart city nasional. Kota kita ini cukup berhasil dalam mewujudkan program-program smart city. Berbagai penghargaan terkait itu sudah pernah kita raih. Tak heran, kalau kemudian banyak permintaan menjadi pembicara tingkat nasional. Bagi saya ini kebanggaan sekaligus tantangan. Bangga karena kita dinilai cukup berhasil dalam menjalankan smart city ini. Bayangkan, kota kita masuk 25 daerah terakhir smart city. Biarpun gabung yang terakhir, kita bisa menyalip daerah-daerah lain yang sudah lebih dulu menjalankan smart city ini.
Namun, dibalik itu ada tantangan besar. Salah satunya, konsistensi. Ini yang sulit. Apa yang sudah baik harus dipertahankan dan ditingkatkan. Apalagi, kota kita sudah dikenal baik oleh daerah lain. Sekali jelek, runtuh sudah apa yang kita bangun dari awal. Makanya, saya selalu tekankan kepada OPD untuk serius. Saya juga berupaya seperti itu. Setiap kali ada permintaan pembicara, harus saya optimalkan. Makanya, selalu saya cek setiap kali ada waktu. Termasuk di sela kunjungan kerja ke rumah warga tersebut. Bekerja di era sekarang ini memang bisa dari mana saja. Ada banyak sarana yang bisa dimanfaatkan. Kekurangan jangan dijadikan alasan.
Sering saya katakan, bahwa kota kita tidak banyak memiliki sumber daya alam. Karenanya, SDM kita harus berkualitas. Itu yang bisa kita tawarkan ke dunia luar. Saya ingin masyarakat juga berupaya keras untuk meningkatkan SDM masing-masing. Tentu saya tidak hanya mengarahkan. Tetapi juga memberi teladan. Sampai saat ini saya masih belajar. Saya masih menempuh pendidikan doktoral. Setiap kali jadi pembicara, saya juga selalu menyiapkan diri. Dimanapun, kapanpun.
Setiap ada tamu penting, selalu saya minta saran dan masukan. Termasuk kunjungan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bapak Ahmad Syaikhu. Bagi saya itu satu kesempatan besar untuk belajar. Belajar itu tidak ada habisnya. Sampai kapanpun, sesulit apapun, kita harus tetap meluangkan waktu belajar untuk mengembangkan diri. Tidak ada alasan tidak belajar kecuali kematian. Era terus berganti, zaman terus berubah. Hanya dari belajar kita bisa mengikuti perkembangan.
Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd