Tak Hanya Pecel, Ada Juga Lho Cecak Khas Madiun, Ditemukan dan Diidentifikasi BRIN Maret Lalu



MADIUN – Ciri khas Madiun tampaknya semakin bertambah. Tak hanya pecel dari unsur kuliner dan pencak silat dari unsur seni-budaya, ciri khas Madiun juga datang dari unsur binatang. Ya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Maret lalu berhasil mengindentifikasi dan mendeskripsi spesies baru cecak jarilengkung (genus Cyrtodactylus) dari Jawa Timur. Cecak tersebut diberi nama Cyrtodactylus pecelmadiun (C. pecelmadiun). Tentu saja terinspirasi dari kuliner khas Jawa Timur ‘Pecel Madiun’. 


Spesies ini dianggap baru karena berbeda dengan spesies sejenis sebelumnya. Berdasarkan siaran press BRIN nomor 17/SP/HM/BKPUK/III/2025, cecak ini berwarna cokelat kehitaman. Hidup tak lebih dari 40 cm di atas tanah dan beradaptasi di berbagai habitat. Cecak berjenis kelamin jantan dewasa memiliki panjang tubuh hingga 67,2 mm. Sementara betina bisa mencapai 59,0 mm.


Spesies ini memiliki 18-20 baris tuberkular dorsal (tonjolan tulang) yang tidak teratur di bagian tengah tubuh. Yaitu, 26-28 baris tuberkular antara ketiak dan selangkangan. Selain itu juga memilik 28-34 baris sisik perut. Pada individu jantan, terdapat ceruk precloacal (lekukan atau alur) dengan 32-37 pori precloacofemoral (kelenjar). Sementara pada bagian subkaudalnya atau bagian bawah ekor tidak memiliki sisik lebar.


Awal Riyanto, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN mengungkapkan bahwa spesies ini ditemukan di lingkungan urban. Seperti tanggul jembatan, tumpukan genteng, dan kebun di permukiman desa. Alasan menamakan jenis cecak jarilengkung itu dengan nama makanan, tak lain untuk semakin mengenalkan ragam kuliner Nusantara. 


“Para peneliti ingin mengenalkan ragam kuliner Nusantara melalui dunia sains. Sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya dalam deskripsi C. papeda dari Pulau Obi dan C. tehetehe dari Kepulauan Derawan,” ungkap Awal.


Secara filogenetik atau evolusi antar kelompok organisme, C. pecelmadiun berkerabat dekat dengan C. petani dengan jarak genetik 0,1-1,6 persen. Spesies ini menjadi bukti kedua keberadaan grup darmandvillei (spesies cecak jarilengkung) di Jawa setelah C. petani. Grup ini melimpah di kawasan Sunda Kecil. Secara keseluruhan, Cyrtodactylus di Jawa terbagi dalam dua kelompok besar. Yaitu grup darmandvillei dan marmoratus. Keduanya merupakan kompleks spesies. Kondisi ini semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi (hidden diversity) dari Cyrtodactylus di Jawa.


"Penemuan ini semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi (hidden diversity) dari Cyrtodactylus di Jawa, mengingat masih banyak spesies yang belum teridentifikasi secara menyeluruh," pungkasnya. (BRIN/agi/madiuntoday)