Kisah Sulthan, Bawa Tas 8 Kilo Tiap Hari Demi Sembuhkan Hewan Ternak



MADIUN - Tak banyak yang tahu tentang profesi dokter hewan, selain bekerja di klinik, tak jarang mereka juga harus visit atau mendatangi pasien yang sedang sakit di lokasi-lokasi yang ajaib. Disebut ajaib karena tempat yang mereka datangi adalah kandang hewan ternak seperti kambing dan sapi. 

Seperti kisah Muhammad Sulthan Rasyid Rifai. Pria yang akrab disapa Sulthan itu tiap harinya mendatangi satu per satu pasiennya. Kurang lebih kesibukan menjadi dokter hewan di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Madiun itu, sudah dijalaninnya selama tiga tahun. 

Banyak cerita unik dan mengharukan selama menjalani perannya sebagai dokter hewan. Di antaranya yakni setiap visit pasien dirinya harus memanggul tas ransel seberat delapan kilo yang berisikan peralatan tempur menyembuhkan hewan. Seperti 12 macam obat injeksi, perban, jarum, obat oles, hingga infus. 

Tak berhenti disana, kisah mengharukan juga sempat dialaminya. Salah satu cerita yang masih hangat diingatnya yakni saat merawat pasien dengan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mewabah beberapa waktu lalu. 

“Ada salah satu peternak sapi di Kelurahan Tawangrejo, dua sapinya kena PMK. Satu bisa disembuhkan, satunya dengan berat hati harus divonis untuk dilakukan pemotongan. Sapi yang dipotong itu hanya dihargai Rp 1,5 juta oleh jagal karena kondisinya itu,” kenangnya.

Harga Rp 1,5 juta untuk seekor sapi dengan berat 250 kilo tentunya sangat merugikan bagi peternak. Sudah sedih kehilangan sapi, ditambah dengan harga ternak yang tak sepadan. 

“Akhirnya saya usahakan agar peternak dapat bantuan dari pemerintah pusat. Alhamdulillah ternaknya bisa mendapat ganti rugi yang sepadan,” akunya. 

Baginya, profesi dokter hewan bukan sekadar profesi formalitas semata-mata dokter menyembuhkan pasien. Lebih dari itu, menjadi dokter merupakan sebuah pengabdian kepada masyarakat khusunya para peternak. 

(DSPP/kus/madiuntoday)