Wujudkan Sekolah Ramah Anak, Petugas Jemput Bola Lakukan Monitoring ke Sekolah




MADIUN – Kasus kenakalan pada anak di sekolah wajib terus ditekan. Karenanya, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA) Kota Madiun melaksanakan monitoring Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) ke sekolah-sekolah. Melalui program tersebut diharapkan kasus kenakalan pada anak bisa semakin ditekan. 

‘’Ini merupakan kegiatan monitoring rutin yang kami lakukan. Pada prinsipnya kami ingin melihat lebih jauh seperti penerapan sekolah ramah anak. Ini penting sebagai kota yang menyandang predikat Kota Layak Anak (KLA),’’ kata Subkoordinator Perlindungan Perempuan dan Anak Bidang Perlindungan Perempuan dan Pemenuhan Hak Anak Dinsos PPPA Kota Madiun, Sri Hartutik, Jumat (17/2).

Sri Hartutik bersama tim sudah melakukan monitoring ke sekolah-sekolah sejak 8 Februari lalu. Sasarannya, SMPN dan swasta dan juga tingkat menengah atas. Salah satunya, di SMPN 12 Kota Madiun yang dilaksanakan, Jumat (17/2). Pihaknya juga menggandeng psikolog dan rohaniawan. Sasarannya, pengurus OSIS. Dari sesi monitoring tersebut diharap pengurus OSIS bisa menjadi jembatan bagi peserta didik yang memiliki masalah. Baik itu bullying, kekerasan, rokok, miras, seks bebas, hingga narkoba. Sri Hartutik menyebut kasus bullying yang rata-rata mengemuka di sekolah. 

‘’Dari yang sudah kami monitoring, yang paling banyak kasus bullying. Yang namanya anak mungkin malu kalau cerita ke gurunya. Karenanya, kami menggandeng pengurus OSIS, biasanya kalau dengan sesama teman, anak-anak lebih terbuka,’’ ujarnya sembari menyebut kegiatan dijadwalkan hingga akhir bulan nanti. 

Dia berharap kasus-kasus pada anak tersebut bisa selesai di tingkat sekolah. Namun, jika permasalahan berlarut, pihaknya membuka layanan konseling di kantor Dinsos PPPA. Tentu saja dengan menggandeng psikolog dan petugas terkait. Sri Hartutik berharap ke depan kasus-kasus pada anak bisa semakin diminimalkan. 

‘’Kalau secara keseluruhan tidak banyak kasus yang melibatkan anak. Bahkan, cenderung turun ya. Seperti kekerasan pada anak tercatat ada delapan kasus sepanjang 2021 lalu dan turun menjadi tujuh kasus pada 2022 kemarin,’’ ungkapnya. 

Sri Hartatik menambahkan monitoring bukan sekedar permasalahan anak. Tetapi juga terkait kenyamanan anak di sekolah termasuk cara guru mengajar. Keramahan guru tersebut juga penting untuk membuat anak nyaman belajar. Hal itu juga bagian dari sekolah ramah anak. 

‘’Saat ini KLA untuk Kota Madiun pada kategori nindya. Harapan kami tahun ini bisa meningkat pada predikat utama. Ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan itu,’’ pungkasnya. (dspp/agi/madiuntoday)