Kisah Dwi Warno, Pelukis Jalanan yang Kini Dapat Tempat Kontainer dari Pemkot Madiun




MADIUN – Kalau melintas di Jalan Diponegoro sisi timur, tepatnya sebelum traffic light simpang lima tugu dari arah timur, terdapat satu kontainer yang berisi sejumlah lukisan. Sejumlah karya seni tersebut merupakan milik Dwi Warno, salah seorang anggota Paguyuban Perupa Madiun (PPM). Ya, kontainer tersebut merupakan tempat Dwi Warno dan anggota PPM lainnya berkarya. Seperti apa kisahnya?

Dwi Warno tampak serius menggoreskan kuas catnya di atas sebuah kanvas berukuran 50x60 centimeter. Tak jauh dari tempatnya duduk, terdapat sebuah foto perempuan berkerudung. Ya, foto tersebut merupakan orang yang tengah dia lukis. Itu merupakan pesanan ketiga yang pernah didapatnya selagi berkarya di dalam kontainer bercat kuning tersebut.

‘’Kalau pagi sampai siang, cuma saya. Kalau sore sampai malam ada teman satu lagi,’’ katanya, Rabu (21/6).

Sebelum mendapatkan tempat di kontainer tersebut, Dwi Warno biasa melukis dan menjajakan lukisannya di trotoar. Tak heran, dia menamai dirinya dengan AE Street Art. Warga Jalan Panglima Sudirman Kelurahan Kartoharjo tersebut pernah melukis di Rimba Darma hingga Jalan Kartini. Dia bersyukur bisa berkarya dengan lebih tertata setelah mendapat fasilitas dari Pemerintah Kota Madiun tersebut.

‘’Jadi paguyuban (PPM) mendapatkan tempat ini dari pemerintah (Kota Madiun). Untuk sementara yang bisa mengisi saya dan Pak Joko Wiyono. Tetapi sebenarnya ini untuk bersama,’’ jelasnya.

Dwi mengaku di tempatnya sekarang lukisannya jadi lebih mudah dilihat orang. Pasalnya, tempat beberapa meter sebelum traffic light. Sejumlah lukisan yang di pajang tentu menarik perhatian pengendara yang berhenti. Tak heran, sejumlah orderan pun didapat. Beberapa juga ada yang tertarik lantas membeli.

‘’Entah mengapa saya tidak begitu suka mempromosikan lewat online. Jadi lebih senang seperti ini,’’ ungkapnya.

Dwi mulai menempati kontainer itu sebelum Ramadan lalu. Dia biasa buka mulai pukul 09.00 sampai 14.00. Namun, dia kembali buka pukul 17.00 sampai 21.00. Nah, di saat malam itulah ada sejumlah teman yang menemani. Biarpun street art, karya-karya tidak dapat dipandang sebelah mata. Mulai dari harga ratusan ribu, karyanya juga pernah laku sampai Rp 7,5 juta.

‘’Ada juga pesanan gambar sketsa pensil. Biasanya laku Rp 250 ribu sudah dengan pigura,’’ jelas pelukis aliran naturalis tersebut.

Pria 47 tahun itu memang gemar menggambar sejak kecil. Namun, bakatnya mulai terlihat menginjak SMP. Alumni SMPN 6 Kota Madiun itu sempat mendapatkan pujian dari gurunya kala menggambar sketsa wajah Saddam Hussein. Tak hanya memberi nilai, sang guru juga berpesan agar menekuni bidang seni lukis.

‘’Katanya, dari melukis bisa menghasilkan uang suatu saat nanti. Waktu itu saya hanya terheran. Tetapi sekarang terbukti,’’ ujarnya.

Namun, perjalanan di dunia seni lukis tentu tidak mudah. Bahkan, Dwi sempat bekerja serabutan dulu. Mulai dari bekerja di pabrik, kuli bangunan, hingga instruktur senam. Ya, dia memang mantan atlet renang dan pernah mewakili Kota Madiun di ajang Porseni tingkat SD dan SMA. Dwi juga mahir bermain musik. Namun, darah seni yang mengalir di dalam tubuhnya kembali memanggil hingga dia memantapkan diri untuk terjun di dunia seni lukis pada 1997 silam.

‘’Saya merasa stagnan biarpun sudah mencoba berganti-ganti pekerjaan. Sempat ada keraguan juga menjadikan seni lukis sebagai pekerjaan,’’ ungkapnya.

Dwi akhirnya memutuskan untuk terjun total di dunia seni lukis setelah melakukan Salat Istikharah. Tak hanya melukis di atas kanvas, dia juga pernah mendapat job mural dari rumah ke rumah. Dia terus berkarya sampai kini. Karya-karyanya sempat mengikuti pameran di berbagai daerah. Mulai daerah sekitar hingga Surabaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta, Kediri, Taman Budaya Yogyakarta, dan lain sebagainya. Padahal dia belajar melukis hanya secara otodidak.

‘’Yang penting yakin. Apa yang kita yakini harus dilakukan dengan serius. Soal hasilnya itu urusan nanti,’’ pungkasnya sembari menyebut pernah melukis sketsa pensil wajah Wali Kota Maidi saat berkegiatan di Lapak Sendang Gayam. (ney/agi/madiuntoday)