Siap Produksi Massal Hingga Ekspor Luar Negeri, Beras Porang Tinggal Tunggu Izin Edar dari BPOM




MADIUN – Permintaan beras porang cukup besar. Bukan hanya di pasar lokal, tetapi juga hingga pasar luar negeri. Bahkan, PT. Porang Rezeki Jaya (PRJ) perusahan pengolah porang menjadi beras di Kota Madiun telah menjalin kerja sama dengan PT AHT Trading Company Saudi Arabia untuk ekspor beras porang tersebut. Namun, ekspor belum dapat dilakukan karena surat izin edar beras porang produksi PT. PRJ belum juga keluar.

‘’Sebenarnya kita juga ingin segera memproduksi setiap hari. Bukan hanya di luar negeri, permintaan di pasar lokal juga besar. Tetapi kita belum berani karena izin edarnya belum keluar,’’ kata Direktur Utama PT. PRJ, Tjien Han, Kamis (12/10).

Pengurusan izin edar ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tersebut sudah sejak beberapa bulan terakhir. Pihaknya menggunakan jasa konsultan dalam kepengurusan tersebut. Namun, sampai saat ini masih berproses dan belum selesai. Padahal, lanjut Han, pihaknya sudah siap melakukan produksi besar-besaran. Mesinnya pun telah siap. Dia mengaku mesinnya bisa memproduksi tiga ton beras porang dalam 24 jam.

‘’Kita produksi tetapi baru sebatas untuk contoh. Makanya kita belum tiap hari berproduksi. Kalau kita produksi sekarang sementara izin edarnya belum tahu sampai kapan. Khawatirnya berasnya rusak,’’ jelasnya.

Saat ini, pihaknya hanya memproduksi olahan porang dalam bentuk chip (keping) dan tepung. Padahal untuk mesin pengolah baik tepung maupun beras porang telah siap. Mesin pengolah chip dan tepung berada di gedung utara. Sementara mesin pengolah porang menjadi beras ada di gedung Selatan. Untuk chip pihaknya bisa memproduksi tiga sampai lima ton sehari. Sementara untuk tepung pihaknya bisa memproduksi hingga 15 ton sehari.

‘’Untuk tepung juga masih ada tarik ulur kebijakan antar negara kita dengan China. Jadi untuk sementara edarnya tepung juga di tataran lokal,’’ ungkapnya.

Dia berharap surat izin edar dari BPOM untuk beras porangnya bisa segera keluar. Dengan begitu, pihaknya bisa memproduksi skala besar. Bukan produksi sekedar untuk contoh. Beras porang cukup diminati kendati harganya cukup mahal. Satu kilo beras porang miliknya seharga Rp 180 ribu. Namun, beras tersebut rendah kalori, rendah karbohidrat, dan tanpa sugar. Beras tersebut banyak diminati penderita diabetes dan kegemukan.

‘’Semoga surat edarnya segera keluar sehingga kita bisa memproduksi skala besar dan bisa memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri,’’ pungkasnya. (ney/agi/madiuntoday)