Waspadai Kasus DBD Kala Musim Penghujan, Januari-November Tercatat 125 Kasus DBD di Kota Pendekar




MADIUN – Hujan sudah beberapa kali mengguyur Kota Madiun. Biasanya, sejumlah penyakit juga mulai bermunculan bersamaan musim penghujan. Salah satunya, Demam Berdarah Dengue (DBD). Pun, jumlah kasus juga cukup banyak di tahun ini. Tak heran, kewaspadaan harus selalu ditingkatkan. Data di Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun tercatat sebanyak 125 kasus DBD hingga November tahun ini.

‘’Kalau kasus DB memang cukup banyak tahun ini. Tetapi alhamdulillah, tidak ada kematian, dan semoga tidak terjadi kasus kematian,’’ kata Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun, Rabu (22/11).

Jumlah tersebut memang menurun dari tahun kemarin. Pada 2022 silam tercatat ada sebanyak 216 kasus DBD dengan dua kasus kematian. Jumlah kasus ini meningkat tajam jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada 2021 tercatat 48 kasus dengan satu kasus kematian dan 2020 tercatat 58 kasus dengan dua kasus kematian.

‘’Kasus DBD memang tidak mengacu pada musim ya. Pada saat kemarau juga ada kasus DB. Tetapi pada musim penghujan, kewaspadaan memang perlu ditingkatkan karena ada banyak tempat perindukan nyamuk,’’ jelasnya.

Sebab, lanjut Denik, tempat perindukan nyamuk bisa muncul di dalam maupun luar rumah. Air hujan bisa menggenang dimana saja. Artinya, perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat tidak hanya di dalam rumah tetapi juga di lingkungan sekitar rumah.

‘’Kalau musim kemarau lebih mudah karena kita hanya fokus pada tempat penampungan air di dalam rumah. Tetapi kalau musim penghujan seperti ini, juga harus memperhatikan tempat maupun benda-benda di luar rumah yang bisa menampung air hujan,’’ ungkapnya.

Denik menambahkan tempat penampungan air di luar rumah bisa terbentuk dari apa saja. Salah satunya, tumpukan benda-benda tak terpakai. Mulai botol, ban bekas, plastik, tumpukan sampah, dan lain sebagainya. Karenanya, Denik berharap masyarakat melakukan pembersihan rutin minimal seminggu sekali.

‘’Dari larva sampai menjadi jentik nyamuk membutuhkan waktu sekitar tujuh hari. Untuk memutus rantai kehidupan nyamuk, ya harus ada pemberantasan sarang nyamuk minimal seminggu sekali,’’ ungkapnya.

Selain itu, Denik juga mengajak untuk menggalakkan 3M plus. Yakni, menguras, menutup, dan mengubur benda-benda yang bisa menjadi tempat perindukan nyamuk. Plusnya, dengan memakai tirai pada tempat tidur, memakai lotion, dan lain sebagainya yang bisa mengurangi gigitan nyamuk.

‘’Selain itu juga perilaku hidup bersih dan sehat jangan lupa. Mulai cuci tangan memakai sabun setelah beraktifitas, mengkonsumsi makanan sehat, tidak BAB sembarangan, dan lain sebagainya. Ini penting karena kasus diare juga cukup mengancam saat musim penghujan,’’ pungkasnya. (vincent/rams/agi/madiuntoday)