Pelajar Kota Madiun Dapat Beasiswa ke Jepang (1)
Dentista Queena Arfiyanti Putri Raih Nilai Tertinggi, Pernah Juara Matematika Tingkat Internasional
MADIUN – Tak banyak kesempatan untuk ke luar negeri secara gratis. Salah seorang yang beruntung di antaranya adalah Dentista Queena Arfiyanti Putri. Pelajar kelas 8 SMPN 1 Kota Madiun tersebut bakal berangkat ke Negeri Sakura, Jepang pada Juni nanti. Berbagai prestasi lomba hingga tingkat internasional yang pernah diraih Dentista menjadi salah satu modal penting untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Bagaimana kisahnya?
Keberangkatan Dentista Queena Arfiyanti Putri masih pertengahan bulan depan. Namun, pelajar 14 tahun itu sudah mulai sibuk dari sekarang. Maklum, banyak yang harus dipersiapkan. Mulai passport, visa, persiapan untuk unjuk talenta, dan lain sebagainya. Apalagi, ini merupakan pengalaman pertama Dentista untuk tinggal beberapa hari di luar negeri tanpa orang tua.
‘’Kalau sebelumnya hanya satu dua hari saja untuk ikut lomba. Kalau nanti rencananya sekitar sembilan atau sepuluh hari,’’ kata Dentista saat ditemui di kediaman orang tuanya di Jalan Salak Tengah I, Senin (7/5).
Ya, Dentista dijadwalkan berangkat ke Jepang pada 21 Juni dan baru akan kembali ke tanah air pada 30 Juni nanti. Selama di sana, dia akan tinggal bersama keluarga Jepang yang ditunjuk sebagai orang tua asuh. Artinya, dia akan membaur dengan budaya dan keseharian keluarga asli di sana. Pun, tidak bisa memilih. Keluarga asuhnya di Jepang sudah ditentukan dari panitia program beasiswa tersebut.
‘’Katanya nanti ada kunjungan ke beberapa tempat. Ada kunjungan ke wisata budaya sampai merasakan kegiatan di sekolah,’’ jelas Dentista dengan raut muka tak sabar.
Rencananya dia akan berkegiatan eduwisata ke pusat industri pertanian di Abe Farm Agricultural dan kunjungan wisata budaya dan sejarah ke kuil Hiraizumi, Chusan-Jl dan Matsu-Jl. Dentista juga berkesempatan merasakan kegiatan pendidikan di sekolah di Kota Matsushima dan Kota Ishinomaki. Tak hanya belajar budaya di sana, Dentista juga diminta untuk untuk gigi budaya tanah air. Rencananya dia mau menampilkan seni tari.
Tak heran, Dentista juga sibuk mempersiapkan diri untuk perform tersebut. Dia tak sendiri. Setidaknya ada empat pelajar lain. Ya, program beasiswa ke Jepang itu memang untuk lima orang. Satu lainnya dari Kota Madiun dan tiga lainnya dari Ponorogo. Namun, selama di sana mereka akan terpisah bersama orang tua asuh masing-masing. Pun, tidak diperkenankan berkomunikasi dengan orang tua di tanah air.
Lantas, darimana program beasiswa tersebut?
Kus Ariwijayanti, orang tua Dentista menyebut beasiswa itu bernama Maesa Homestay Program 2024. Itu berangkat dari CSR perusahaan yang berkantor induk di Ponorogo tersebut. Program sejatinya sudah berjalan dua kali. Namun, terhenti karena pandemi Covid-19. Program lantas kembali berjalan tahun ini.
‘’Sebenarnya dari Maesa sudah sosialisasi ke beberapa sekolah. Tetapi Dentista malah tahunya dari temennya dan waktunya sudah mepet,’’ kata Ari.
Waktu yang sudah mepet tak menciutkan semangat Dentista. Dia segera mengisi pendaftaran secara online dan menyerahkan berkasnya ke panitia. Di Kota Madiun form pendaftaran online yang dicetak bisa diserahkan ke PT CUN Motor yang merupakan anak perusahaan Maesa. Setelahnya, diumumkan 20 besar. Sepuluh peserta dari Kota Madiun dan sepuluh dari Ponorogo. Peserta yang lolos kemudian diminta membuat video perkenalan untuk dikirimkan kepada Maesa.
‘’Kalau yang mendaftar berapanya tidak diinfokan ya. Tetapi mestinya banyak. Karena yang 2019 dulu saja katanya ada 400an orang,’’ ungkapnya.
Tak hanya itu, peserta 20 besar tersebut berhak mengikuti tahapan wawancara dan bakat. Tak hanya Dentista, wawancara juga kepada orang tua di ruangan terpisah. Dalam sesi wawancara tersebut Dentista cukup menarik perhatian tim penilai dengan segudang prestasi yang pernah diraih sebelumnya. Ya, alumni SDN 05 Madiun Lor itu memang moncer di bidang matematika. Pun, pernah turun di kejuaran internasional. Mulai Internasional Mathematics Wizard Challenge (IMWIC) di Jakarta dan International Mathematics Contest (IMC) 2019 di Singapore. Selain itu juga pernah turun kejuaraan di Malaysia dan Myanmar. Dia juga beberapa kali menjuarai bidang sains dan Bahasa Inggris.
‘’Ada banyak aspek yang dinilai. Mulai dari minat dan bakat, public speaking, dan juga prestasi-prestasi. Kemarin juga diminta menyertakan fotokopi nilai raport dan piagam atau sertifikat yang dimiliki,’’ ungkapnya sembari menyebut putrinya lolos dengan nilai tertinggi, 452 poin.
Tim penilai juga tidak sembarangan. Ari menyebut tim penilai mulai dari akademi, budayawan, psikolog dari Unair dan petinggi Maesa. Ari mengaku bersyukur anaknya bisa lolos. Pergi ke Jepang bisa menjadi pengalaman berharga. Apalagi, itu didapat secara gratis. Bahkan, orang tua diwanti-wanti untuk tidak memberikan uang saku. Hal itu malah bisa berbuah pelanggaran dan berdampak pada program selanjutnya ke depan.
‘’Jadi budaya di Jepang itu kan anak-anak memang tidak boleh bawa uang. Kalau ketahuan bisa dianggap melanggar budaya dan nanti bisa berdampak pada program ini ke depannya,’’ pungkasnya. (rams/agi/madiuntoday)