Madiun Kota Segalanya



Ruang Satu 

Kota kita kota segalanya. Hampir semua predikat yang baik tentang capaian suatu daerah, kita sudah pernah mendapatkannya. Terbaru, Sabtu (22/7) kemarin, kota kita mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak. Ini memang bukan kali pertama. Hampir setiap tahun kita mendapatkan predikat dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI tersebut. Tapi yang kemarin itu beda. Kota kita mendapatkan KLA dengan kategori utama. Yakni, kategori tertinggi dalam penghargaan tersebut. 

Penghargaan saya terima langsung dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ibu Bintang Puspayoga yang digelar di Hotel Padma Kota Semarang. Penghargaan diberikan bersamaan dengan peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli. Ini juga sekaligus kado terindah untuk momentum Hari Jadi ke-105 kota kita. Memang puncaknya sudah lewat. Tetapi, rangkaian peringatan Hari Jadi kota kita masih berlangsung sampai kini. Apalagi penghargaan ini juga naik satu tingkat dari tahun sebelumnya. Yaitu, kategori nindya. Kita sudah meraihnya itu dalam beberapa tahun terakhir secara berturut.

Penghargaan ini merupakan bentuk komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Madiun untuk terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi kepentingan anak, termasuk difabel. Anak adalah aset berharga masa depan. Ini harus kita jaga. Harus kita persiapkan sekaligus kita berikan perlindungan dari segala macam ancaman. Ini penting apalagi kita dituntut untuk menyiapkan generasi emas di 2045 mendatang. Menyiapkan generasi emas ini tidak bisa ujug-ujug. Harus dipersiapkan dari sekarang. 

Apalagi, anak-anak generasi sekarang akan memikul beban berat di masa depan. Data demografi kota kita menunjukkan adanya kesenjangan antara usia produktif dan non produktif. Perbandingannya cukup signifikan. Yakni, 1:3. Jumlah usia dewasa saat ini jumlahnya tiga kali lebih besar dari jumlah usia anak-anak. 20 tahun dari sekarang mereka yang saat ini berusia produktif akan menjadi non produktif. Sementara, yang saat ini masih anak-anak akan menjadi usia produktif. Artinya, 20 tahun ke depan jumlah yang non produktif jauh lebih besar dari yang produktif. 

Ini akan menjadi permasalahan tersendiri kalau anak-anak yang akan menjadi usia produktif di masa depan tersebut tidak memiliki SDM yang unggul dan berkualitas. Mereka akan menanggung usia non produktif lebih banyak. Sementara, kota kita tidak banyak sumber daya alam. Artinya, kita lebih banyak bergantung pada potensi SDM. Anak-anak generasi sekarang harus memiliki SDM yang berkualitas agar bisa menggali ide dan kreatifitas akan permasalahan demografi dan keterbatasan sumber daya alam tersebut. 

Seperti yang saya katakan, penyiapan SDM itu harus dimulai dari sekarang. Predikat Kota Layak Anak ini bisa menjadi modal penting. Ini harus terus dipertahankan. Menjadi kota layak anak berarti kita peduli akan perkembangan anak-anak. Peduli dalam semua bidangnya. Seperti diketahui, ada sejumlah indikator yang menjadi penilaian KLA terbagi dalam beberapa klaster. Di antaranya terkait lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, klaster pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya, serta klaster perlindungan khusus.

Kita memang total dalam menyiapkan kota ini menjadi kota layak anak. Setiap pembangunan fisik saya tekankan untuk juga memikirkan kepentingan anak-anak. Bahkan, dalam urusan ketinggian anak tangga. Pernah saya minta untuk dibongkar karena anak tangga tersebut terlalu tinggi untuk jangkauan kaki anak-anak. Saya minta dibongkar karena tidak ramah anak. Bahkan, bisa membahayakan. Semuanya harus ramah anak. Mulai tempat bermain, taman, hingga fasilitas umum lainnya. Belum lagi urusan pendidikan. Sarprasnya kita lengkapi. Tidak hanya gedung sekolah yang nyaman. Tetapi juga kita berikan laptop. Kita berikan hampir 15 ribu laptop untuk siswa SD, SMP, dan juga guru. Ini untuk menjawab tantangan digitalisasi di masa depan. Semua sekolah di Kota Madiun sudah ramah anak. Tidak ada kekerasan fisik maupun verbal. Orang tua juga kita libatkan. Pendidikan keluarga memang memegang peran penting. Inilah yang mengangkat nilai kita. 

Kota kita kota segalanya. Kota kita tidak hanya mendapat predikat KLA. Tetapi juga pernah mendapat penghargaan daerah lain. Pada tataran usia lanjut, kota kita juga berpredikat kota ramah lansia. Penghargaannya kita raih pada 30 Juli 2019 silam. Kota kita juga berpredikat kota ramah sepeda yang penghargaannya kita dapat pada 21 Desember 2021. Pada hari yang sama kota kita juga mendapat predikat kota digital bintang 4. Sementara itu, predikat kota peduli HAM juga pernah kita dapat. Nilainya juga cukup besar. Yakni, mencapai nilai 98,5 poin. Penghargaannya kita dapat pada 12 Desember 2022 lalu. 

Kota kita juga kota paling berkelanjutan dalam bidang tata kelola limbah. Penghargaannya pada 21 Juli 2022 dan Kota Lengkap administrasi pertanahan pada 28 Maret 2023. Kita juga mendapat Piala Adipura pada 28 Februari 2023 kemarin dan kota bebas penyakit frambusia atau patek pada 6 April 2021 silam. Sering saya katakan kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota Madiun. Penghargaan memang bisa menjadi pembuktian hasil kerja keras kita bersama. Namun, capaian penghargaan bukanlah segalanya. Kepuasaan masyarakat merupakan tujuan utama kita. Buat apa kita mendapatkan banyak penghargaan kalau kemudian banyak masyarakat yang tidak puas dengan pelayanan yang kita berikan. Penghargaan bukan hanya pembuktiian kinerja. Tetapi harus menjadi pelecut untuk lebih baik ke depannya. 


Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd