Sekolah Rujukan Google



Ruang Satu 

Selangkah lagi, sekolah di kota kita akan berpredikat Sekolah Rujukan Google (SRG). Setidaknya ada tiga sekolah yang kita usulkan di awal ini. Yakni, SMPN 1, SMPN 3, dan SMPN 13 Kota Madiun. Belum banyak sekolah di negeri ini yang menyandang predikat SRG. Sejauh ini baru tercatat ada lima sekolah. Itu pun sekolah swasta. Kalau ini terwujud, tiga sekolah kita tadi menjadi sekolah negeri pertama di tanah air yang menyandang predikat SRG tersebut. Mengapa tiga sekolah itu dulu? ya, karena ketiganya memang saya siapkan sebagai sekolah terintegrasi di Kota Madiun. 

Satu, karena berada di satu kawasan. Ketiga sekolah itu berdekatan. Saya sebenarnya berangan ketiganya menjadi satu sekolah saja. Menjadi sekolah komplek. Namanya, SMPN 1 Kota Madiun. Namun, wacana ini masih kita konsultasikan dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pembangunan fisik di kawasan itu juga tengah kita kerjakan. Ada sungai yang mengalir di antaranya. Saat ini, sudah kita tutup bagian atasnya. Ini sudah tahap finishing. Sudah mau selesai. Kita tutup bagian atasnya untuk kemudian menjadi pedestrian seperti di Jalan Pahlawan. 

Tetapi nanti pemanfaatannya untuk para pelajar. Mungkin bisa menjadi tempat makan dan minum saat istirahat atau bisa menjadi tempat mengerjakan tugas. Prinsipnya, biar anak-anak semakin betah. Sekolah kita sekolah ramah anak. Harus menyenangkan. Baik secara fisik maupun mental. Sekolah lain juga begitu. Meski bukan dalam kawasan, semua fasilitas terbaik kita hadirkan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Saya memang tidak eman untuk urusan pendidikan. Sampai fasilitas laptop pun kita berikan. Nilainya di kisaran Rp 100 miliar untuk pengadaan hampir 15 ribu laptop tersebut. Urusan pendidikan jangan dinilai dari angka. Berapapun harus kita penuhi. Ini investasi kita di masa depan. 

Pengalaman itu tidak bisa diwakilkan. Anak-anak itu yang harus menjalani untuk pengalaman mereka sendiri. Semakin banyak pengalaman, semakin siap menghadapi tantangan masa depan. Apalagi, kita tengah dituntut untuk generasi emas di 2045 mendatang. Kita jangan hanya menyiapkan anak-anak untuk menuju generasi emas. Tetapi kita siapkan anak-anak untuk bisa merebut generasi emas itu. Artinya, anak-anak yang benar-benar bisa bersaing. Ini tidak bisa datang secara tiba-tiba. Ini harus dimulai dari sekarang. 

Segala upaya kita lakukan. Termasuk mendapatkan predikat SRG tadi. ada banyak sekolah yang mengajukan menjadi SRG. Tidak hanya swasta tetapi juga negeri. Artinya, kita berlomba dengan daerah lain. Kalau sekedar mengajukan memang mudah. Yang susah memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan pihak Google for Education. Bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya. Terutama para tenaga pendidiknya. Para guru harus memiliki sertifikat dari Google. Untuk mendapatkannya harus melalui pelatihan-pelatihan yang digelar google. Pun, ada batasnya. Minimal 50 persen guru di sekolah yang diajukan sudah harus bersertifikat. 

Kita sudah memenuhi itu. Karenanya, selangkah lagi predikat itu kita dapatkan. Bagi saya ini bukan sekedar predikat. Ini bukan untuk gaya-gayaan. Ini untuk menyiapkan generasi emas di masa depan. Dengan berstatus SRG ada banyak keuntungan. Urusan digitalisasi tentu bukan hal luar biasa saat ini. Apalagi, di masa depan digitalisasi sudah menjadi suatu keharusan. Kita sejatinya sudah memulai digitalisasi pembelajaran ini. Tetapi tentu akan berbeda cerita kalau didampingi ahlinya. Seperti kita ketahui Google merupakan perusahaan multinasional yang memang konsen di sini. Digitalisasi pendidikan di sekolah kita bisa semakin optimal dengan didampingi Google. Untuk itu predikat SRG ini penting sekali.

Menjadi SRG bukan hanya dikejar sekolah dalam negeri. Tetapi juga di berbagai negara. Artinya, kita mengacu pada perkembangan pendidikan secara internasional. Sekolah kita bukan lagi mengejar standar nasional. Tetapi sudah mengejar standar dunia. Standar nasional memang harus kita penuhi terlebih dahulu. Namun, jangan hanya puas sampai di situ. Harus ada capaian yang lebih tinggi lagi. Yakni, standar pendidikan internasional tadi. Apa yang dilakukan sekolah-sekolah di negara maju, kita juga melakukannya. Inilah yang dimaksud maju mendunia untuk urusan pendidikan. 

Mengoptimalkan itu memang tidak cukup hanya dari teori. Tetapi juga melihat langsung apa dan bagaimana sekolah yang sudah berstatus SRG lebih dulu. Salah satunya ada di Australia. Saya mendapatkan undangan dari Google untuk ke sana. Rencananya, 23 Agustus nanti. Ada pertemuan Google for Education yang dihadiri para pemimpin daerah dari berbagai negara. Baik yang tengah mengejar atau sudah memiliki sekolah berstatus rujukan google. Saya mendapatkan undangan itu karena tiga sekolah di kota kita tadi selangkah lagi mendapatkan rujukan google tersebut. Ini penting untuk persiapan kita. Tidak hanya pertemuan, rencananya nanti juga akan melihat langsung salah satu SRG yang ada di sana. 

Yang saya tahu, fasilitas memang salah satu piranti penting. Bagaimana menerapkan digitalisasi pembelajaran kalau tidak ada piranti komputer atau laptop. Itu mengapa tiga sekolah kita tadi sudah cukup siap untuk menjadi sekolah rujukan google tersebut. Kita sudah punya hampir 15 ribu laptop yang sudah dibagikan kepada siswa dan guru. 9.400 unit di antaranya berupa chrome book. Seperti diketahui, chrome book sudah menerapkan sistem operasi milik google. OPD terkait terus saya minta untuk menghimpun data sebanyak-banyaknya terkait SRG ini. Termasuk melihat langsung SRG yang ada di tanah air. 

Dari yang dilaporkan, memang ada banyak kemudahan yang dirasakan setelah mengimplementasikan pembelajaran digital dengan menggandeng Google for Education. Selain itu, juga berdampak pada karakter tenaga pendidik dan juga prestasi siswa. Hadirnya pembelajaran digital tersebut secara tidak langsung memacu tenaga pendidik untuk berkembang. SDM tenaga pendidik memang penting untuk mengoptimalkan pembelajaran digital ini. Semantara untuk para siswa juga terbukti meningkatkan prestasi belajar. 

Selain itu, pembelajaran bisa tetap berjalan maksimal meski tidak berlangsung tatap muka. Materi sampai tugas sudah menggunakan google classroom. Yang belum memahami bisa mengulang materi di rumah. Urusan internet tidak perlu khawatir. Kota kita kota WiFi. Lebih dari dua ribu titik WiFi tersebar hingga tingkat RT. Pemerintah memang harus hadir memberikan layanan kepada masyarakat. Dengan begitu, anak-anak bisa termudahkan dalam proses belajar. Anak-anak juha semakin kreatif. Mereka bisa dengan mudah mencari referensi menggunakan chrome book masing-masing. Inilah mengapa pelajar di Kota Madiun sudah tidak lagi membuka jendela dunia. Tetapi sudah membuka pintu dunia. 


Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd