Melirik Warung Literasi Milik Ferrmans Noel Telussa di Bantaran Kali Madiun



Sediakan Ratusan Buku Koleksi, Ajak Pengunjung Tambah Literasi

MADIUN – Di kawasan wisata Bantaran Kali Madiun, ada sebuah warung kopi yang unik. Ya, bukan sekedar menawarkan nikmatnya kopi seduh, di warung tersebut juga menyediakan berbagai buku bacaan. Ferrmans Noel Telussa, pemiliknya, sengaja mengkonsep usahanya tersebut menjadi sebuah padepokan kopi dengan sajian warung literasi. Seperti apa?

Ferrmans Noel Telussa memang penikmat kopi. Selain itu, warga yang bertempat tinggal di Jalan Penataran Kelurahan Patihan tersebut juga hobi sekali membaca. Nah, kedua hal tersebut lantas dikolaborasikan hingga lahirlah warung literasi.

‘’Dulu saya buka di rumah. Tetapi kemudian berhenti karena pandemi Covid-19. Kemudian, Puji Tuhan dapat tempat di sini (bantaran),’’ kata Ferrmans saat ditemui beberapa waktu yang lalu.

Ferrmans mendapatkan sebuah warung kontainer di pinggir Bantaran Kali Madiun. Di situlah dia meracik kopi buatannya sendiri. Ya, dia mengolah sendiri kopinya tersebut dari awal. Dari mulai menggoreng, menumbuk, mengemas, dan menyajikannya kepada pembeli. Biarpun sudah ada banyak alat modern, dia memilih menggoreng kopinya dengan kereweng. Ya, cara tradisional itu dinilainya menjaga citra rasa kopi yang khas.

‘’Gorengnya masih pakai kereweng. Memang masih pakai cara tradisional,’’ ungkapnya.

Dia tidak hanya menjual kopi seduh. Tetapi juga menjual kopi yang masih bubuk. Dikemas menarik dalam kemasan plastik. Itu juga tersedia di warung kecilnya. Tak jauh dari itu ada beberapa tumpukan buku. Ferrmans menyebut jumlahnya ada 100 buku. Pun, jenisnya beragam. Di antaranya, buku sejarah, novel, hukum, komik, majalah, dan lain sebagainya. Ada juga sejumlah buku kiriman dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI. Ya, dia memang masuk dalam Pustaka Bergerak Indonesia. Yakni, jejaring komunitas penggiat literasi di tanah air. Setiap tiga bulan sekali, dia mendapatkan kiriman buku, komik, hingga majalah dari Kemenkominfo. Buku-buku tersebut disediakan secara gratis untuk bacaan para pengunjung. Termasuk pembelinya.

‘’Tujuannya memang meningkatkan kembali minat baca masyarakat. Sekarang ini, membaca buku sudah sangat jarang kita lihat,’’ ujarnya prihatin.

Ferrmans menyebut banyak yang datang dengan teman tetapi kemudian mereka asik dengan gadget masing-masing. Ngobrol pun hanya sesekali. Semua fokus dengan handphone sendiri. Padahal, lanjutnya, konsep ngumpul bareng teman bukanlah seperti itu. Harusnya, ada interaksi sosial secara langsung. Melalui buku, diharapkan mengemuka bahan untuk kemudian menjadi pembahasan bersama. Artinya, bukan hanya wawasan yang bertambah. Namun, juga ada interaksi sosial di dalamnya.

‘’Saya optimis di antara sekian banyak masyarakat ada yang punya minat baca tinggi. Tetapi mungkin keterbatasan buku bacaan. Karenanya, kita coba memenuhi kebutuhan itu dengan mendekatkan buku kepada masyarakat,’’ jelas pria 49 tahun itu.

Koleksi buku milik Ferrmans memang cukup banyak. Setidaknya ada lebih dari 1.000 buku. Beberapa lainnya masih ada yang dipinjam teman-temannya. Ferrmans berniat membawa semua koleksi bukunya tersebut di bantaran. Namun, tempatnya belum siap. Dia berangan ada perpustakaan outdoor di Bantaran Kali Madiun. Hal itu tentu akan mempermudah masyarakat yang ingin membaca.

‘’Minat baca masyarakat ini harus digalakkan lagi. Buku itu tidak hanya untuk menambah literasi. Tetapi kita bisa bernostalgia dengan masa lalu dan sebagainya,’’ tuturnya.

Konsep warung literasi yang dijalankan Ferrmans juga untuk membantu Pemerintah Kota Madiun khususnya dalam peningkatan SDM. Sebab, sudah banyak bantuan pemerintah yang didapatkannya. Seperti warung kontainer yang sekarang ditempatinya. Tidak hanya fasilitas dan tempat, Ferrmans mengaku juga banyak mendapat kemudahan dari urusan perizinan. Mulai PIRT, NIB, hingga sertifikasi halal yang semuanya didapatkan dengan mudah dan gratis.

‘’Pak wali kota yang sekarang ini tidak hanya menghidupkan UMKM dengan berbagai bantuan. Tetapi bagaimana usaha kecil ini bisa besar tanpa mengecilkan yang sudah besar,’’ ungkapnya.

Wali Kota Maidi, menurutnya, bisa membaca perubahan zaman yang selalu bergerak dan bergerak. Hal itu pun direspon wali kota program pembangunan dan berbagai kebijakan. Seperti hadirnya banyak tempat-tempat yang menarik bagi wisatawan hingga berbagai kemudahan dan bantuan bagi pelaku usaha.

‘’Masyarakat harus bisa menangkap peluang ini,’’ pungkasnya. (ws hendro/agi/madiuntoday)