Wisata Jantung Kota



Ruang Satu 

Kawasan Pahlawan Street Center (PSC) sudah menjadi ikon kota kita. Menjadi magnet wisatawan. Bisa dilihat bagaimana ramainya kawasan wisata buatan di jantung kota kita itu. Khususnya di kawasan wisata Sumber Umis dan Pahlawan Religi Center (PRC). Setiap hari selalu ada bus dengan rombongan wisatawan yang datang. Kalau akhir pekan, sampai kesulitan untuk mencari tempat parkir. Sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan sisi kiri bisa penuh dengan kendaraan hingga ujung pertigaan dengan Jalan Dr. Soetomo. Informasi yang saya terima wisata di PSC Kota Madiun sudah menjadi paket wisata. Misalnya, paket religi ziarah wali ke wilayah Jawa Timur. PSC ada dalam paket wisata itu. 

Banyaknya wisatawan itu tentu mendatangkan potensi ekonomi. Bayangkan, berapa pedagang yang bisa meraup keuntungan dari kondisi itu. Berapa pendapatan tukang parkir yang di area tersebut dan sekitarnya. Juga mendatangkan potensi usaha lain. Ada banyak surat permohonan yang masuk. Salah satunya terkait izin untuk membuka jasa fotografi di tempat itu. Tentu izin tidak bisa saya berikan sembarangan. Harus anak Kota Madiun dulu. Hadirnya potensi ekonomi ini harus dimanfaatkan warga kita dulu. Masyarakat Kota Madiun harus yang menjadi prioritasnya. Kemajuan kota ini ya untuk kita.

Hadirnya PSC memang membawa banyak perubahan. Saya tidak bisa membayangkan kalau lokasi itu tidak tersentuh pembangunan. Tentu saat ini masih berupa sungai saluran pembuangan dengan semak belukar. Tempat parkir Sumber Umis bawah masih terlihat menyeramkan. Kita memang tidak punya potensi alam. Lahan pun terbatas. Yang terbatas ini harus bisa dioptimalkan. Termasuk kawasan Sumber Umis ini. Setelah berubah menjadi kawasan jujukan wisatawan bukan lantas perubahan selesai. Seperti kota kita yang dinamis, kawasan ini juga harus terus berubah. Selalu menghadirkan ikon dan hal baru. Biar wisatawan terus dibuat penasaran dan kembali datang. 

Bagi wisatawan yang sudah datang, mungkin sudah enggan kembali lagi. Tetapi kalau selalu ada hal baru yang dihadirkan, tentu memantik keinginan untuk datang lagi. Karena itu, selalu ada hal baru di PSC kita ini. Pertama, saya ingin merubah konsep penyeberangan kasih sayang di sana. Seperti diketahui, jembatan kasih sayang ini menghubungkan kawasan wisata Sumber Umis timur dan barat. Di sisi timur ada miniatur Merlion, lokomotif Shinkansen, dan Patung Liberty. Di sisi barat, yang sudah ada saat ini Musala Ka’bah, miniatur menara Eiffel, kincir angin Belanda, dan menara Jam Big Ben Inggris. 

Kalau saya perhatikan, wisatawan yang datang selalu mengunjungi dua lokasi itu. Jarang sekali yang hanya mengunjungi Sumber Umis sisi timur misalnya. Artinya, hampir semua wisatawan yang datang pasti menyeberang di penyeberangan kasih sayang ini. Kamis (2/1) lalu, saya sempatkan meninjau lokasi itu. Saya ke sana setelah gowes peninjauan usulan pembangunan untuk wilayah Kecamatan Kartoharjo. Penyeberangan kasih sayang kita akan saya konsep seperti di Shibuya Crossing di Tokyo, Jepang. Kebetulan saya baru saja dari sana beberapa waktu sebelumnya. 

Ke depan, pejalan yang akan menyeberang tidak bisa sembarangan menekan tombol untuk menyeberang. Untuk menyeberang ada waktunya tersendiri. Kalau belum waktunya menyeberang, tombol tidak akan berfungsi. Jadi tidak sebentar-bentar menyeberang seperti sekarang. Konsep yang saat ini berjalan memang saya rasa kurang efektif. Pejalan kaki sebentar-bentar menekan tombol untuk menyeberang. Tak heran, arus lalu lintas di Jalan Pahlawan juga tak lancar karena harus sering berhenti. 

Aturan mainnya sedang kita siapkan. Misalnya untuk menyeberang, kita beri waktu dua menitan sekali. Kalau di luar waktu itu pejalan tidak bisa menyeberang biarpun menekan tombol menyeberang itu. Jadi tombol itu hanya berfungsi di waktu menyeberang. Artinya, pejalan kaki yang mau menyeberang harus menunggu waktu menyeberang aktif. Akan kita tambahkan lampu indikator untuk menjadi patokan pejalan kaki. Kalau di saat waktu menyeberang tidak ada yang menekan tombol, pengendara bisa jalan terus. Dengan konsep seperti itu tentu harapannya arus lalu lintas juga bisa lebih lancar. Konsep baru ini saya targetkan bisa mulai diujicobakan dua pekan ke depan.

Perubahan di PSC ke depan tentu bukan sekedar itu. Kalau melihat di sisi barat tepat di area penyeberangan kasih sayang itu ada dua patung unta. Nah, tahun ini kita siapkan jalur untanya. Memang akan kita tambahkan unta asli di kawasan wisata Sumber Umis barat. Nanti wisatawan bisa menyewa untuk naik. Kalau di Sarangan ada wahana naik kuda. Di tempat kita ada wahana naik unta. Jalur naik unta ini dimulai dari kawasan PRC. Kemudian ke barat sampai di Jalan Pandan kemudian ke kiri. Rencananya belok Jalan Merapi. Kita buatkan jalur kecil di sisi jalan. Artinya, tetap bisa untuk arus lalu lintas. 

Kalau sampai Jalan Pahlawan nanti mengganggu arus lalin, kita belokkan di belakang Hotel Merdeka. Memang ada jalannya? Kita buatkan jalan sendiri. Ada sungai di belakang Hotel Merdeka itu yang tembus ke Sumber Umis barat. Bagian atas sungai itu sudah kita tutup dengan box culvert. Nah, tahun ini pembangunannya kita lanjutkan. Bagian atas sungai kita buat jalan seperti di Sumber Umis timur yang tembus ke Jalan Kalimantan itu. Tetapi nanti kita tambahkan jalur untuk untanya tadi. Di lokasi itu rencananya kita tambah miniatur piramida atau mungkin juga menara Dubai, Burj Khalifa. Jalur unta itu harus melewati ikon dunia.

Jalur itu juga akan melewati kawasan permukiman penduduk. Warga sekitar situ tidak perlu rebutan tempat berjualan. Mereka bisa berjualan di depan rumah masing-masing. Wisatawan yang naik unta bisa berhenti sebentar untuk beli ini dan itu. Selain wahana naik unta, nanti juga ada wahana mobil wisata. Kendaraan kecil seperti mobil golf atau mobil listrik yang biasa untuk anak-anak. Kawasan itu akan kita ramaikan. Warga sekitar bisa berjualan makanan, minuman, atau souvenir. Pasti akan menarik dan manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat. 

Untuk Sumber Umis timur juga akan sentuh pembangunan. Saya fokuskan untuk pembangunan sungainya. Pertama kita fokuskan untuk penyaringan airnya agar tidak bau. Untuk saluran airnya memang kita pisahkan. Di bagian bawah merupakan saluran air seperti biasanya. Namun, kita lakukan penyaringan dan pengolahan sedemikian rupa agar tidak bau dan airnya bersih. Di bagian atasnya, kita buat saluran air sendiri dengan air yang bersih. Tetapi konsepnya sedikit kita ubah. Kalau dulu seluruhnya untuk wisata air. Ke depan akan kita buatkan jalur pejalan kakinya juga. Kita buatkan kecil di kanan dan kiri. Box culvert yang kita pasang cukup lebar. Bisa ditambahkan jalur untuk berjalan. Wisatawan yang mau ke Jalan Kalimantan bisa lewat jalur lorong itu. Anak kecil bisa naik perahu. Orang tua atau kakek-neneknya bisa mengikuti sembari berjalan kaki di sebelahnya. 

Penyempurnaan yang kita lakukan untuk kawasan wisata jantung kota kita masih cukup panjang. Jangan dikira sudah selesai seperti saat ini. Masih banyak perubahan yang ingin saya lakukan ke depan. Namun, mewujudkan perubahan yang saya rencanakan itu tentu tidak cukup selesai di tahun ini. Pun, ini baru rencana di satu lokasi. Masih banyak rencana perubahan yang ingin saya lakukan untuk kota kita tercinta. Tetapi tentu tidak bisa saya wujudkan di tahun ini. Apalagi, saya hanya sampai akhir April nanti untuk periode ini. Rencana besar tentu membutuhkan waktu yang panjang. Kalau masyarakat menghendaki, saya siap menyelesaikan. 


Penulis adalah Wali Kota Madiun, Dr. Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd