Keseruan Septi Trisnasari Ikuti Race Around Java: Tidur Berhari-hari di Musala, Gowes Pakai Sandal karena Sepatu Jebol




MADIUN - Event balap sepeda ultra-cycling Race Around Java (RAJ) 2024, membawa kesan tersendiri bagi Septi Trisnasari. Perempuan yang berdomisili di Jalan Sikatan ini, menantang dirinya untuk mengikuti event balap sepeda yang menempuh jarak 3.000 kilometer, mengelilingi Pulau Jawa.

“Awal mula lihat dari postingan instagram, tertarik lalu saya mendaftar. Start di Jakarta dengan Cut off time (COT) yang ditetapkan penyelenggara 14 hari 15 jam,” akunya.

Rute RAJ dimulai dari Jakarta dan memulai petualanngnya menyisir pantai barat Jawa hingga mencapai kawasan Pantai Tanjung Lesung. Setelahnya para peserta mengarah ke timur dengan menyisir pantai selatan Jawa menuju titik paling timur di Banyuwangi. Kemudian rute akan kembali ke arah Barat dengan melintasi jalur lintas tengah Jawa. Melewati Malang dan menuju ke Solo, Tasikmalaya, Bandung dan akhirnya finis di Jakarta. 

“Tapi karena satu dan lain hal, juga kangen rumah. Saya cuma bisa sampai kilometer 2.197. Tepat di hari ke 11 dari total 14 hari event,” kenangnya.

Meskipun tidak bisa sampai finish, RAJ kali ini membawa kesan mendalam bagi perempuan yang memang hobi bersepeda ini. Dirinya mengaku biasa tidur di Musala di tiap rute yang dilewati, hingga menggowes dengan memakai sandal jepit. Hal itu dilakukannya karena tidak semua daerah memiliki hotel atau penginapan yang aksesnya mudah.

“Kalau soal pakai sandal jepit karena sepatu saya jebol kena hujan besar di start awal mulai bersepeda,” katanya.

Menurutnya, rute event balap sepeda yang diikutinya ini cukup ekstrem. Karena melewati lintas Pulau Jawa. Mulai dari jalan terjal, menanjak, turunan, hingga melewati hutan-hutan gelap di perbatasan Trenggalek-Pacitan pada saat dini hari. Tak hanya itu, karena kurangnya informasi terhadap rute yang ditempuh, perempuan 38 tahun itu sempat mengalami hipotermia saat berada di kawasan Gunung Ijen.

“Pas itu jaket tidak proper. Tidak ada siapa-siapa untuk dimintai tolong. Padahal suhu sampai 7 derajat. Disitu rasanya pengen nyerah,” ungkapnya.

Septi mengaku, meskipun tak bisa menyelesaikan gowes hingga finish, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari event ini. Baginya, ajang balap sepeda kali ini bisa menjadi simulasi dalam menghadapi masalah hidup.

“Kalau misal sedang kesulitan, kondisi capek, kita punya masalah, jangan mudah menyerah. Istirahat sebentar, seperti perjalanan secapek itu. Istilahnya bagiku simulasi menghadapi masalah,” pungkasnya.
(ws hendro/kus/madiuntoday)